KECANTIKAN PURA TAMAN AYUN NAN ANGGUN

Pura Taman Ayun yang anggun

Air kolam yang tenang dan rumput hijau yang menghampar luas, menyambut kedatangan kami di Pura Taman Ayun. Gemiricik air mancur di dekat gerbang masuk pura, mampu meredam panasnya matahari yang saat itu bersinar terik dan semakin menambah asri suasana. Hari itu, Sabtu, 27 Maret 2010, saya bersama teman saya (Ahmad) sengaja datang dari Denpasar untuk melihat secara langsung kecantikan Pura Taman Ayun nan anggun.

Air mancur di Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun dalam Bahasa Bali Kuno artinya pura di tengah taman yang indah. Sesuai dengan nama yang disandangnya, Kompleks Pura Taman Ayun memang indah. Kompleks pura yang terdiri dari sepuluh buah pura dengan ketinggian yang berbeda-beda (dari dua tingkat sampai dengan sebelas tingkat), yang dikelilingi kolam luas ini, sering menghiasi kartu pos dan souvenir-souvenir khas Bali lainnya. Pura ini terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Tabanan, Bali. Letaknya sekitar 20 km barat laut Denpasar atau sekitar 30 menit berkendara.

Enam pura berjajar rapi, di Kompleks Pura Taman Ayun

Kompleks Pura Taman Ayun sangat luas dan terdiri dari empat lapisan. Lapisan paling luar adalah kolam yang mengelilingi kompleks pura. Kolam yang airnya berwarna hijau ini, dulunya sering dipakai oleh para dayang-dayang kerajaan untuk bermain-main dengan naik perahu/sampan. Lapisan kedua adalah taman yang asri dengan berbagai macam tanaman dan rumput yang hijau. Lapisan berikutnya yang dibatasi dengan pagar (lapisan ketiga dan keempat) merupakan bangunan utama di Kompleks Pura Taman Ayun, yaitu sepuluh buah pura yang dikelilingi kolam teratai yang indah. Bangunan pura yang berbentuk meru (atap yang bertingkat-tingkat) dengan ketinggian yang berbeda-beda, berdiri dengan anggun tepat di tengah-tengah kompleks Pura Taman Ayun. Enam dari sepuluh pura tersebut, berbaris rapi, dari yang paling rendah (dua tingkat) sampai yang paling tinggi (sebelas tingkat). Bangunan inilah yang merupakan bagian terpenting di Kompleks Pura Taman Ayun, sekaligus daya tarik utama Pura Taman Ayun. Bangunan ini juga menjadi objek foto favorit para fotografer karena kesepuluh pura yang berdiri anggun tersebut akan tampak cantik bila dipotret. Nggak heran kalau para fotografer biasanya betah berlama-lama memotret Pura Taman Ayun dari berbagai sudut. Saya dan teman saya juga mengelilingi pura ini, untuk mencari sudut terindah Pura Taman Ayun.

Kolam yang mengelilingi Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun dibangun oleh Raja Pertama Kerajaan Mengwi, Tjokorda Sakti Blambangan, pada abad XVII (tahun 1634), dengan mendatangkan arsitek langsung dari Cina. Awalnya pura ini didirikan karena pura-pura yang saat itu tersedia, jaraknya terlalu jauh untuk dijangkau oleh masyarakat Mengwi. Pura Taman Ayun memiliki tiga fungsi yaitu : fungsi religius, fungsi pemersatu dan fungsi ekonomi. Fungsi religius maksudnya Pura Taman Ayun sebagai pura penyawangan (simbol/perwakilan) dari sembilan pura utama yang ada di Bali, seperti Pura Besakih, Pura Batukaru, Pura Tanah Lot, Pura Uluwatu, Pura Ulun Danu, dan, Pura Gunung Kawi. Dengan lokasi yang ada di satu area, beliau berharap masyarakat Mengwi tidak perlu pergi jauh-jauh bila ingin melakukan persembahyangan. Fungsi yang kedua adalah fungsi pemersatu, maksudnya semua lapisan masyarakat di Bali yang terdiri dari empat kasta (brahmana, ksatria, waisya, dan sudra) bisa sembahyang di Pura Taman Ayun bersma-sama. Sedangka fungsi yang ketiga yaitu fungsi ekonomi, maksudnya kolam yang mengelilingi pura selain berfungsi untuk menambah keindahan dan keasrian pura juga bermanfaat sebagai sarana irigasi untuk mengairi ratusan hektar sawah yang ada di daerah Mengwi.

Ternyata Pura Taman Ayun bukan hanya indah dipandang tetapi juga sangat bermanfaat bagi masyarakat Mengwi. Selain sebagai tempat sembahyang, air kolam yang mengelilingi Pura Taman Ayun juga sangat membantu masyarakat Mengwi yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, dalam mengairi sawahnya. Jadi, jangan lupa berkunjung ke Pura Taman Ayun saat liburan ke Bali. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

YOGA GRATISAN DI BALI

Salah satu gerakan yoga, Parsva Bakasana

Asyiknya tinggal di Bali! Selain terkenal sebagai tujuan wisata dunia, ada begitu banyak hal menarik yang bisa dilakukan di Bali, di antaranya adalah yoga. Kalau anda ingin belajar yoga, Bali adalah tempat yang tepat. Ada banyak tempat untuk belajar ataupun berlatih yoga di Bali, antara lain di Denpasar, Sanur, dan Ubud. Menariknya, ada beberapa tempat latihan yoga di Denpasar, yang tidak memungut iuran apa pun dari anggotanya alias gratis. Latihan yoga tersebut dilakukan setiap hari, dengan bimbingan atau panduan seorang instruktur dan bisa dikuti oleh siapa pun (umum) tanpa memandang suku, agama, usia, dan batasan-batasan lainya. Asyiknya, Anda tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun untuk mengikuti latihan yoga ini. Jadi, bagi anda yang ingin sehat tapi ogah keluar biaya, nggak usah khawatir. Datang saja ke Denpasar, dan bergabunglah latihan yoga!

Setidaknya ada tiga tempat latihan yoga yang bebas biaya di Denpasar yaitu : Lapangan Niti Mandala Renon (di pojok timur laut dan di sebelah timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali/Monumen Bajra Sandhi) dan Pantai Sanur. Latihan yoga di tiga tempat ini dikoordinir oleh “PASEMETONAN YOGA ASANA SEGER OGER.” Instrukturnya adalah para pendiri PASEMETONAN YOGA ASANA SEGER OGER, antara lain : Anna Liparissa, Nyoman Gede Purnama (Pak Ode), Ida Bagus Candi (Pak Putu), dan Pak Sondra.

Sunrise Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon
Yang pertama adalah Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon, di pojok timur laut. Latihan yoga di sini dilakukan setiap hari, pada jam 07.00 - 08.00 WITA. Siapa saja boleh bergabung untuk latihan yoga di sini dengan gratis. Tua atau muda, laki-laki atau perempuan, pemula atau sudah mahir, semua boleh ikut latihan yoga asalkan sehat fisik dan mental serta membawa matras sendiri. Modal kita untuk mengikuti latihan yoga di sini hanyalah badan yang sehat dan selembar matras yoga. Yoga di sini menganut aliran Hatha Yoga (yoga untuk kesehatan), dengan gerakan yang agak lambat. Namun, jangan khawatir! Anda akan berkeringat dan mendapat manfaat dari latihan yoga ini, bila Anda melakukan gerakan-gerakan yoga dengan benar. Bagi Anda yang baru belajar yoga (pemula), sangat cocok untuk mengikuti sunrise yoga ini.

Peserta Sunset Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon

Sunset Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon
Yang kedua masih di tempat yang sama, yaitu di Lapangan Niti Mandala Renon, tepatnya di sebelah timur Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Monumen Bajra Sandhi). Latihan yoga di sini dilakukan setiap sore, jam 17.00 – 18.00 WITA. Bagi Anda yang tidak bisa bergabung latihan yoga di pagi hari karena harus bekerja ataupun kesibukan lainnya, Anda bisa ikut latihan yoga yang sore hari. Siapa pun juga boleh ikut yoga di sini dengan gratis hanya dengan bermodal matras yoga. Yoga di sini menggabungkan/memadukan berbagai aliran yoga, yaitu Hatha Yoga, Astanga Yoga, dan Vinyasa Yoga. Gerakan yoga di sini lebih dinamis dan menantang dibandingkan dengan dengan gerakan-gerakan di Sunrise Yoga. Bagi Anda yang menyukai gerakan yoga yang dinamis dan menantang, pastinya akan cocok mengikuti Sunset Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon ini.

Peserta Sunrise Yoga di Pantai Sanur

Sunrise Yoga di Pantai Sanur
Terakhir, ini yang paling asyik (sekaligus favorit saya), Sunrise Yoga di Pantai Sanur. Latihan yoga dilakukan di Pantai Sanur, tepatnya di depan Hotel Inna Grand Bali Beach, setiap pagi, jam 07.00 – 08.00 WITA. Latihan yoga dilakukan di atas pasir putih, dengan diiringi alunan musik alam berupa debur ombak yang berkejaran di pantai. Benar-benar menyegarkan mata dan telinga. Yoga di sini menggabungkan/memadukan berbagai aliran yoga seperti Sunset Yoga di Lapangan Niti Mandala Renon, yaitu Hatha Yoga, Astanga Yoga, dan Vinyasa Yoga, dengan gerakan yoga yang dinamis dan menantang.

Sunrise Yoga di Pantai Sanur adalah latihan yoga favorit saya. Sudah lama sekali saya ingin beryoga di tepi pantai, karena asyik banget bisa beryoga sambil melihat laut biru dan ombak yang berkejaran. Makanya begitu mendapat informasi dari teman bahwa ada latihan yoga gratis di Pantai Sanur, dengan antusias saya langsung gabung. Saya mengagendakan latihan yoga di Pantai Sanur setiap hari Minggu. Sebenarnya saya pengen ikut setiap hari, tetapi tidak bisa karena harus bekerja.

Bali memang benar-benar memanjakan pecinta yoga. Siapa pun bisa ikut latihan yoga dengan gratis, setiap hari hanya dengan bermodal matras yoga dan uang parkir Rp 1.000,00 - Rp 2.000,00. Kalau di daerah lain, kita harus bayar mahal untuk bisa ikut latihan yoga (bahkan banyak daerah di Indonesia yang belum ada klub yoganya), di Bali ada begitu banyak tempat latihan yoga gratis. Dengan yoga, badan menjadi sehat, pikiran jernih, hati tenang dan damai. Yoga benar-benar akan membuat kita health inside dan fresh outside. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

KEINDAHAN TERSEMBUNYI VIRGIN BEACH

Sudut Virgin Beach yang cantik dan tenang

Mendengar nama Virgin Beach, mungkin Anda mengira pantai ini berada di luar negeri. Padahal pantai cantik ini berada di Bali. Nama pantai ini memang belum tersohor seperti Pantai Kuta, Sanur ataupun Nusa Dua. Selain letaknya yang memang tersembunyi di bagian timur Pulau Bali, jaraknya yang jauh dari Denpasar (sekitar 75 km) ataupun Kuta juga membuat namai pantai ini kurang populer di kalangan para turis. Saya mengetahui Virgin Beach juga belum lama. Saya mendapat informasi tentang pantai ini dari sebuah majalah pariwisata. Itu pun informasinya sangat minim. Karena penasaran dengan keindahan Virgin Beach di majalah tersebut, saya pun tergoda untuk mencari pantai ini.

Pantai dengan Banyak Nama
Pantai ini memiliki banyak nama, mulai dari Pantai Pasir Putih, Pantai Bias Putih, Pantai Perasi, hingga Virgin Beach. Banyak alasan di balik penamaan pantai cantik ini. Pantai Pasir Putih misalnya. Nama Pantai Pasir Putih tentu saja dilatarbelakangi oleh warna pasir pantai ini yang memang putih (agak kehitaman). Pantai Bias Putih diberikan sesuai dengan nama perusahaan yang akan membangun lapangan golf beserta fasilitas pendukung seperti hotel berbintang lima, kolam renang, dan shopping arcade seluas 124 hektar di kawasan pantai ini, yaitu PT. Sanggraha Bias Putih dan PT Bali Bias Putih. Lain halnya dengan Pantai Perasi. Nama ini diberikan karena lokasi pantai ini berada di Desa Perasi, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali. Sedangkan Virgin Beach, mengacu pada arti yang sebenarnya kata virgin, yaitu land etc that is still in its natural state and has not been used or change by people (Longman Dictionary of Contemporary English). Dibandingkan dengan nama-nama yang lain, nama Virgin Beach lebih populer di kalangan turis asing. Mungkin karena mereka lebih mudah mengucapkannya. Saya juga lebih suka dengan nama Virgin Beach. Bukannya sok kebarat-baratan. Namun, menurut saya nama itu sangat tepat menggambarkan keadaan pantai ini yang benar-benar masih “perawan.” Selain itu nama Virgin Beach juga terdengar indah dan lebih komersil dibandingkan Pantai Perasi ataupun Pantai Pasir Putih (yang sangat umum).

Virgin Beach yang benar-benar masih "virgin"

Tersembunyi di Antara Dua Bukit
Untuk menemukan Virgin Beach gampang-gampang susah. Letaknya yang tersembunyi di antara dua bukit, yaitu Bukit Apen dan Bukit Penggiang (bukan di pinggir jalan raya) membuat para turis kesulitan menemukan pantai ini. Tidak adanya rambu-rambu yang menunjukkan arah ke pantai ini juga semakin mempersulit akses masuk ke pantai ini. Saya pun harus dua kali untuk bisa menemukan Virgin Beach. Kali pertama saya gagal menemukan pantai ini, karena saya malas bertanya (pepatah “Malu bertanya sesat di jalan” berlaku lho!) dan saya tidak melihat rambu-rambu/petunjuk arah ke pantai ini. Kali kedua, saya baru berhasil menemukan pantai cantik ini. Setelah bertanya kepada resepsionis hotel tempat saya menginap di Candi Dasa dan bertanya ke penduduk setempat, akhirnya saya berhasil mencapai Virgin Beach.

Masih "Virgin"
Virgin Beach berpasir putih kehitaman, dengan air laut bening bergradasi hijau biru. Langit biru selalu menaungi pantai ini. Sangat menyejukkan mata. Ombaknya sedang, tidak terlalu tinggi. Jadi, cukup aman untuk berenang ataupun snorkeling. Letak Virgin Beach yang tersembunyi, membuat pantai ini tetap alami (virgin) dan memberikan privasi yang lebih kepada pengunjung dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang sudah populer. Saat saya sampai di sana, pantai cukup ramai. Beberapa anak kecil asyik mandi di antara buih putih ombak. Beberapa turis asing pun terlihat asyik berenang, snorkeling, ataupun sekadar berjemur di atas kursi malas. Ada juga seorang turis asing yang sedang santai dipijat di pinggir pantai. Ya, di Virgin Beach memang terdapat beberapa kafe dan warung sederhana yang menjual makanan dan minuman serta menyewakan alat-alat snorkeling. Beberapa di antaranya juga menyediakan jasa pijat (massage). Kalau anda ingin menyewa kursi malas dan payung pantai pun tersedia. Fasilitas lumayan lengkap di pantai ini, walaupun sangat sederhana.

Saya sedang beruntung saat berkunjung ke Virgin Beach. Ketika saya tiba di sana, ada seorang bapak yang sedang memainkan rindik (alat musik tradisional Bali yang terbuat dari bambu) di pinggir pantai. Suara musik rindik pun mengalun indah, menentramkan hati. Saya pun duduk di dekat bapak itu, sambil menikmati sebutir kelapa muda yang manis dan segar. Suasana benar-benar tenang dan damai. Rasanya nikmat sekali, duduk santai di pinggir pantai yang indah, ditemani suara debur ombak dan alunan merdu musik rindik. Saya jadi betah berlama-lama di Virgin Beach dan nggak ingin beranjak dari sana.

Sayangnya, ketenangan dan kedamaian di Virgin Beach terancam proyek ambisius pembangunan lapangan golf beserta fasilitas pendukungnya. Saya berharap semoga proyek tersebut tidak jadi terlaksana di Virgin Beach. Biarlah Virgin Beach tetap “virgin,” agar suasana tenang dan damai tetap ada di sana.

How to Get There
Dari jalan utama lintas Bali di Desa Perasi, Virgin Beach jaraknya sekitar 2 km. Bila Anda datang dari arah Denpasar/Candidasa, arahkan kendaraan Anda menuju Amlapura. Setelah memasuki Desa Perasi (sekirtar 8 km dari Candidasa), pelankan laju kendaraan Anda sampai Anda melihat pertigaan dengan rambu-rambu/penunjuk arah ke Pantai Pasir Putih (Virgin Beach) yang ada di samping kiri Anda. Dari pertigaan tersebut, beloklah ke kiri dan ikuti jalan kecil sejauh 2 km tersebut. Di ujung jalan ini, Anda akan menjumpai pos kecil (di dekat sebuah pura) yang dijaga oleh para pecalang. Anda akan dimintai retribusi Rp 1.000,00 untuk menuju Virgin Beach. Dari pos tersebut, jalan Virgin Beach membelok ke kanan dan berganti dengan jalan tanah berbatu yang menurun cukup terjal. Ikuti saja jalan tersebut dan sampailah Anda di Virgin Beach. Sebagai informasi, sebaiknya Anda tidak menggunakan mobil sedan ataupun mobil berbadan rendah lainnya, karena jalanan menuju pantai ini berbatu-batu cukup besar dan menurun terjal. Bila anda membawa mobil sedan, Anda harus memarkir kendaraan Anda di dekat pura, dan lanjutkan perjalanan Anda dengan berjalan kaki. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

KEPAK SAYAP BANGAU PUTIH DI DESA PETULU

Burung bangau putih (Kokokan) di Desa Petulu

Aktivitas apa yang biasa Anda lakukan ketika sedang berlibur di Ubud, Bali? Menyusuri pematang sawah di Tegalalang, bersepeda keliling desa atau memanjakan diri di spa-spa mahal yang banyak terdapat di pinggir Sungai Ayung? Aktivitas-aktivitas tersebut memang jamak dilakukan para turis ketika liburan di Ubud. Namun, bagi Anda yang sudah bosan dengan berbagai aktivitas “standar” tersebut, masih ada aktivitas menarik yang bisa Anda lakukan di Ubud. Pergilah ke Desa Petulu, yang nggak jauh dari Ubud! Anda bisa melihat dan mengamati tingkah polah ribuan burung bangau putih (istilah kerennya bird watching) yang banyak terdapat di sana.

Desa Petulu terletak di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Jaraknya sekitar 6 km dari Central Ubud. Di desa ini, ribuan burung bangau bersarang dengan nyaman di pepohonan yang ada di sepanjang jalan desa. Mereka bebas terbang dan hinggap dari satu dahan pohon ke pohon lainnya, tanpa takut bakal ditembak ataupun ditangkap warga Desa Petulu. Burung bangau (dalam Bahasa Bali disebut Kokokan) yang ada di Desa Petulu ini sangat unik, bulunya berwarna putih bersih dan jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan. Begitu memasuki Desa Petulu, Anda akan melihat kepakan sayap bangau putih berterbangan dengan bebas. Ada yang bertengger di pepohonan atau di rumah-rumah penduduk, ada pula yang berjalan dengan santai di pekarangan rumah penduduk atau di pinggir jalan. Mereka berkeliaran dengan bebas dan sepertinya tak terganggu dengan aktivitas penduduk ataupun turis yang banyak berdatangan ke Desa Petulu. Anehnya, burung-burung bangau ini hanya ada di Desa Petulu. Begitu keluar dari Desa Petulu, Anda tidak akan menjumpai burung bangau lagi.

Setiap pagi burung-burung bangau itu berkepak riuh, terbang keluar dari Desa Petulu untuk mencari makan. Pada sore hari, mereka akan kembali pulang ke sarangnya di Desa Petulu. Jadi, sore hari adalah saat yang tepat untuk berkunjung ke Desa Petulu. Anda akan melihat pemandangan unik, yaitu pohon-pohon yang tadinya berwarna hijau akan berubah warna menjadi putih, karena dipenuhi ratusan burung bangau putih.

Rambu-rambu penunjuk arah ke Desa Petulu

Burung-burung bangau selalu ada di Desa Petulu sepanjang tahun. Namun, jumlah terbanyak akan Anda lihat di bulan kelima sampai kesanga (menurut Kalender Bali) atau dari bulan Oktober sampai Maret dalam kalender masehi. Di periode ini, ribuan ekor burung bangau akan membuat sarang, bertelor, mengerami telornya sampai menetas. Di bulan Maret anak-anak bangau sudah mulai bisa terbang. Di bulan April sampai September, populasi bangau yang terlihat di Desa Petulu jumlahnya berkurang. Jadi, kalau mau melihat ribuan burung bangau di Desa Petulu, datanglah pada bulan Oktober-Maret, di sore hari sekitar jam 17.00.

Jika berkunjung ke Desa Petulu, jangan lupa membawa topi atau pelindung kepala lainnya. Soalnya burung bangau tersebut (seperti kebanyakan hewab lainnya) suka buang hajat sembarangan. Uniknya, kotoran burung tersebut berwarna putih seperti bulunya. Bila Anda tidak membawa topi, bersiaplah terkena “ranjau” burung bangau tersebut.

Untuk melihat burung bangau di Desa Petulu, Anda tidak dikenakan biaya. Namun, Anda akan dimintai donasi/sumbangan seikhlasnya di pos penjagaan, di pintu masuk Desa Petulu. Asyik kan? Anda tidak perlu keluar uang untuk melihat ribuan burung bangau yang hanya ada satu-satunya di Bali, yaitu di Desa Petulu ini.

Asal-usul Burung Bangau di Desa Petulu
Menurut keterangan dari Warga Desa Petulu, burung-burung bangau tersebut mulai bersarang di Desa Petulu sejak tahun 1965. Saat itu, jumlahnya hanya sekitar lima ekor. Beberapa bulan kemudian, jumlahnya mulai bertambah banyak. Awalnya, burung-burung bangau tersebut ditangkap untuk dipelihara ataupun dipotong untuk dimakan dagingnya oleh masyarakat sekitar. Dari sini keanehan mulai terjadi. Mereka yang menangkap burung-burung bangau yang ada di Desa Petulu, selalu datang kembali ke Desa Petulu untuk mengembalikan burung bangau tersebut. “Tidak kuat,” kata mereka. Tidak kuat kenapa? Menurut mereka, setelah menangkap burung bangau tersebut, mereka mulai didatangi oleh makhluk-makhluk aneh bertubuh besar dan menyeramkan, baik dalam mimpi maupun di alam nyata. Hal tersebut bukan halusinasi, karena yang mengalaminya lebih dari 50 orang. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan seorang pendeta, dilakukanlah ritual meminta maaf di pura Desa Petulu. Saat prosesi berlangsung, pemangku pura desa mengalami kerasukan/kesurupan dan mengatakan kalau burung bangau tersebut sebenarnya adalah pengawal Ida Betara yang dipuja di pura desa setempat. Burung-burung bangau tersebut adalah pasukan yang akan menjaga desa dari gangguan penyakit dan hama yang menyerang sawah mereka. Hal ini sudah terbukti. Setelah masyarakat membuat sebuah pelinggih di pura desa sebagai persembahan terhadap burung banagau tersebut, Desa Petulu menjadi makmur, panen melimpah dan tidak ada bahaya yang mengancam sampai dengan hari ini.

Mitos Seputar Burung Bangau di Desa Petulu
Ada beberapa mitos yang beredar di Desa Petulu seputar burung bangau (kokokan) tersebut. Jika saat Anda berjalan terkena kotoran burung bangau, maka keberuntungan akan berpihak kepada anda. Atau jika sawah seseorang di Desa Petulu banyak dikerumuni atau dihinggapi burung bangau, diyakini padi di sawah tersebut tidak akan diserang hama (wereng) dan akan menghasilkan panen yang melimpah. Anda juga akan sangat beruntung jika saat datang ke Desa Petulu bisa melihat burung bangau yang berwarna hitam. Menurut penduduk Desa Petulu, jumlahnya hanya dua ekor, dan mereka adalah pemimpin dari ribuan burung bangau yang ada di Desa Petulu. Katanya sih, itu pertanda keberuntungan. Burung bangau itu pun diyakini sebagai pembawa kondisi tenang dan damai di Desa Petulu.

How to Get There
Akses termudah untuk mencapai Desa Petulu adalah melalui Ubud. Dari Ubud jaraknya hanya sekitar 6 km. Dari Jalan Raya Ubud, setelah melewati Bank BCA, Anda akan menjumpai sebuah pertigaan. Beloklah ke kanan (bila Anda datang dari arah timur) dan ikuti terus jalan tersebut! Anda akan melewati Desa Junjungan yang masih banyak sawahnya. Di sawah-sawah tersebut banyak dibangun hotel dan vila. Setelah melewati Desa Junjungan, Anda akan bertemu pertigaan lagi. Di pertigaan tersebut, ada rambu-rambu bertuliskan “Welcome to Petulu Village, Place & Nested of Herons.” Anda tinggal belok kanan sejauh 600 meter, dan sampailah Anda di Desa Petulu. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments