PULAU GEDE YANG TAK GEDE LAGI


Kalau saja tidak melihat tayangan Archipelago di METRO TV, mungkin saya tidak pernah tahu bahwa ada sebuah pulau mungil yang cukup indah di dekat Kota Rembang, Jawa Tengah. Pulau Gede namanya. Meski namanya “Gede”, ukuran pulau ini sangat imut, bertolak belakang dengan namanya. Ya, luas Pulau Gede saat ini (November 2011) hanya tinggal 1 hektar. Padahal dulunya luas keseluruhan pulau yang sering disebut sebagai Pulau Masaran oleh pendududk setempat ini mencapai 6 hektar. Abrasi hebat yang menjadi penyebab berkurangnya luas pulau ini. Selain itu, pencurian terumbu karang secara besa-besaran yang dilakukan oleh para oknum tak bertanggungjawab juga semakin memperparah keadaan Pulau Gede.

Pulau Gede terletak di lepas pantai Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jaraknya hanya sekitar 5 km dari bibir pantai Desa Tasikharjo dan bisa ditempuh dalam waktu tiga puluh menit berperahu. Ada dua tempat untuk mengakses pulau ini, yaitu dari Pantai Dampo Awang (Pantai Kartini) atau dari Pantai Tasikharjo. Dari Pantai Dampo Awang, perjalanan menuju Pulau Gede memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan dari Pantai Tasikharjo hanya perlu waktu setengah jam.

Pulau Gede kini luasnya hanya tinggal 1 hektar

Impian saya untuk mengunjungi Pulau Gede, baru terlaksana pada hari Sabtu, 5 November 2011 kemarin. Bersama seorang teman (Doel), saya mengunjungi pulau mungil tak berpenghuni ini. Dari tempat tinggal saya di Pati, Jawa Tengah butuh waktu satu jam untuk mencapai Desa Tasikharjo. Selanjutnya, saya men-charter perahu nelayan setempat (Pak Rudi) untuk mencapai Pulau Gede.

Ternyata, butuh usaha dan perjuangan untuk mencapai Pulau Gede. Memang perjalanan berperahu ke Pulau Gede hanya memakan waktu 25 menit. Namun, kami harus bersusah-susah dulu untuk bisa naik perahu. Karena saat itu laut sedang surut, perahu kandas dan tak bisa merapat ke bibir pantai. Mau tak mau, kami harus berjalan kaki lumayan jauh untuk mencapai perahu. Kalau jalannya di laut/pantai berpasir sih, tak masalah. Sialnya, laut di sekitar Desa Tasikharjo berlumpur pekat dengan kedalaman sampai sebatas mata kaki sehingga membuat susah berjalan. Untuk mencapai perahu, benar-benar perlu tenaga ekstra. Untungnya, kami dihibur pemandangan puluhan ubur-ubur dalam perjalanan berperahu menuju Pulau Gede. Di kanan kiri perahu kami berseliweran puluhan (bahkan ratusan) ubur-ubur aneka jenis, bentuk, dan warna. Terus terang, baru kali ini saya melihat ubur-ubur sebanyak ini. Meski sering diving dan snorkeling, saya belum pernah melihat lautan ubur-ubur seperti di dekat Pulau Gede. Namun, Pak Rudi Sang Nahkoda, tidak menghentikan perahunya. Dia berjanji akan menghentikan perahunya sejenak untuk melihat ubur-ubur dari dekat, nanti sekembalinya dari Pulau Gede.

Pepohonan di Pulau Gede

Begitu perahu merapat di Pulau Gede, hal pertama yang kami lakukan adalah keliling pulau. Saya ingin mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi keseluruhan Pulau Gede. Ternyata tak butuh waktu lama. Dalam waktu sepuluh menit saja, saya sudah berhasil mengelilingi seluruh sudut Pulau Gede. Saya sedih melihat Pulau Gede yang wilayahnya semakin menyempit. Di beberapa bagian pulau, saya melihat tanah terkikis abrasi dan pohon-pohon tumbang. Abrasi hebat memang telah dan terus melanda pulau ini. Penyebabnya tak lain adalah ombak besar yang terus menghantam pulau ini. Selain itu, perubahan cuaca global dan tangan-tangan jahil yang mencuri terumbu karang di sekitar Pulau Gede juga memperparah abrasi. Saat ini, Pulau Gede memang masih ada, meski luasnya hanya tinggal sekitar 1 hektar. Namun, siapa yang bisa menjamin Pulau Gede akan bertahan selamanya. Bila pemerintah setempat tidak mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan pulau, saya yakin beberapa tahun ke depan Pulau Gede akan menghilang seperti pulau tetangganya (Pulau Marongan) yang sudah tenggelam beberapa bulan sebelumnya. Saya benar-benar sedih melihat kenyataan ini. Padahal, sembilan bulan lalu, tepatnya tanggal 13 Februari 2011, saya masih bisa melihat keberadaan Pulau Marongan. Kini, 5 November 2011, pulau tersebut sudah tenggelam. Saya benar-benar tidak menyangka Pulau Marongan akan lenyap secepat ini. Saya tidak tahu sampai kapan Pulau Gede akan bertahan.

Terumbu karang di Pulau Gede

Selesai keliling pulau, saya segera snorkeling di pantai selatan Pulau Gede. Tujuan utama saya mengunjungi Pulau Gede memang untuk snorkeling. Menurut informasi yang saya dapat dari internet, Pulau Gede memiliki terumbu karang yang cukup bagus. Kenyataannya, saya melihat banyak karang rusak dan mati di sana-sini. Hanya di beberapa tempat terumbu karang Pulau Gede masih dalam kondisi cukup bagus. Itu pun jenisnya hanya sedikit. Sebagian besar hanya berupa karang keras (hard coral) jenis Acropora. Karang Meja juga cukup banyak. Karang lunak (soft coral)-nya hanya beberapa jenis dan sangat sedikit. Ikan dan biota laut lainnya juga sangat sedikit jenis dan jumlahnya. Cuaca yang mendung (tanpa ada sinar matahari) dan laut yang agak keruh membuat jarak pandang hanya beberapa meter saja. Alhasil, sangat susah memotret panorama bawah laut (underwater) Pulau Gede.

Ubur-ubur di dekat Pantai Tasikharjo

Karena cuaca tetap mendung, saya menyudahi acara snorkeling. Pak Rudi juga sudah mengajak kembali ke darat (Pulau Jawa). Perlahan-lahan perahu bergerak meninggalkan Pulau Gede. Mendekati Pantai Desa Tasikharjo, kami disambut puluhan ubur-ubur lagi. Pak Rudi pun menepati janjinya untuk menghentikan perahunya sejenak dan memberi kesempatan kepada kami melihat ubur-ubur dari dekat. Bahkan, Pak Rudi menangkap beberapa jenis ubur-ubur untuk kami. Selama ini, saya mengira semua jenis ubur-ubur itu menyengat. Ternyata, pikiran saya salah. Tidak semua ubur-ubur itu menyengat dan bikin gatal (panas). Pak Rudi menunjukan beberapa jenis ubur-ubur yang tidak menyengat. Kami pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memegang dan berfoto bersama ubur-ubur. Kapan lagi bisa memegang ubur-ubur yang tak menyengat.

Puas bermain-main dengan ubur-ubur, perahu pun menepi ke Pantai Desa Tasikharjo. Selesai sudah petualangan di Pulau Gede. Entah sampai kapan Pulau Gede akan bertahan dari gempuran ombak ganas Laut Jawa. Saya berharap, semoga pemerintah daerah Rembang secepatnya bertindak untuk menyelamatkan Pulau Gede, agar pulau ini eksis selamanya. Semoga!!! (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

JEMBATAN-JEMBATAN UNIK DI SINGAPURA

Di tepi Sungai Singapura, dengan background Esplanade Bridge dan Esplanade Theatre

Sebagai penggemar jembatan, setiap kali berkunjung ke suatu tempat/kota, baik di dalam maupun di luar negeri, hal yang pertama kali saya cari selain landmark kota tersebut adalah jembatan. Syukur-syukur kalau jembatan tersebut juga sekaligus landmark kota tersebut, jadi sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Ketika jalan-jalan di Singapura, pastinya saya juga berburu jembatan yang ada di sana. Asyiknya, ada cukup banyak jembatan unik nan menarik di kota yang dibelah Sungai Singapura (Singapore River) tersebut. Ada tiga jenis jembatan di Singapura yaitu : jembatan jalan raya (road bridge), jembatan pejalan kaki (pedestrian bridge) dan jembatan penyeberangan (pedestrian overhead bridge/overpass). Berikut beberapa jembatan unik yang sempat saya kunjungi dan seberangi di Singapura, yang patut Anda kunjungi/seberangi juga.

Esplanade Bridge
Rasanya tak ada turis yang berkunjung ke Singapura tanpa melihat/menyeberangi Esplanade Bridge. Pasalnya, jembatan jenis ini letaknya yang sangat strategis, di antara beberapa objek wisata terkenal yang menjadi landmark-nya Singapura, yaitu Merlion Park dengan patung Merlion (ikan berkepala singa) dan Esplanade (bangunan berbentuk durian). Sangat mudah untuk menemukan Esplanade Bridge. Di sudut manapun Anda menginap di Singapura, Anda bisa menjangkau jembatan ini dengan mudah karena Anda bisa menjangkaunya dengan transportasi umum baik dengan bus atau kereta bawah tanah (MRT). Stasiun MRT terdekat adalah City Hall atau Raffles Place.

Esplanade Bridge

Sebenarnya tak ada yang istimewa dengan Esplanade Bridge, baik model/arsitektur maupun panjang jembatan. Esplanade Bridge merupakan jembatan jalan raya (road bridge) biasa yang panjangnya 260 meter dan lebar 70 meter. Jembatan ini mulai dibangun pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007. Yang membuat jembatan ini istimewa adalah letaknya yang berada di atas muara Sungai Singapura dan dikelilingi beberapa objek wisata menarik (landmark). Di sebelah utara jembatan ada Gedung Teater Esplanade (Theatres on The Bay) yang atapnya runcing mirip durian. Di sebelah selatan terdapat Merlion Park dengan Patung Merlion (ikan berkepala singa). Tak pelak lagi, setiap harinya Esplanade Bridge selalu ramai turis yang berlalu lalang menuju kedua objek wisata tersebut.

Cavenangh Bridge

Cavenagh Bridge
Cavenagh Bridge berada tak jauh dari Esplanade Bridge. Jadi, Anda hanya perlu berjalan kaki untuk menuju jembatan ini. Jembatan ini sangat menarik karena selain bentuknya yang unik berupa jembatan gantung (suspension bridge) juga umurnya yang sudah cukup uzur. Cavenagh Bridge merupakan jembatan tertua di Singapura yang mulai dibuka untuk umum pada tahun 1870. Bagusnya, jembatan ini masih mempertahankan bentuk aslinya sejak pertama kali dibangun. Dulunya jembatan ini merupakan road bridge yang bernama Edinburgh Bridge (untuk memperingati kunjungan Duke of Edinburgh ke Singapura). Namanya diganti menjadi Cavenagh Bridge untuk menghormati Mayor Jenderal William Orfeur Cavenagh, Gubernur Singapura yang memerintah pada tahun 1859 sampai dengan 1867. Jembatan ini membentang di atas Sungai Singapura dengan panjang 79.25 m dan lebar 9,45 meter. Karena sempitnya jembatan dan semakin ramainya lalu lintas, sejak tahun 1910, Cavenagh Bridge berubah status menjadi pedestrian bridge. sejak saat itu, semua jenis kendaraan, kereta ataupun kuda dilarang melewati jembatan ini.

Elgin Bridge

Elgin Bridge
Dari Cavenagh Bridge, bila Anda berjalan menyusuri tepian Sungai Singapura (Singapore River) ke arah barat, Anda akan bertemu dengan Elgin Bridge. Road bridge yang juga berada di atas Sungai Singapura ini, selesai dibangun pada tahun 1929. Elgin Bridge termasuk salah satu jembatan bersejarah di Singapura karena merupakan jembatan pertama yang dibangun di atas Sungai Singapura. Oleh karena itu, jalan yang membentang di sebelah utara sungai disebut North Bridge Road sedangkan di sebelah selatan sungai disebut South Bridge Road. Elgin Bridge merupakan tipe arch bridge dengan tiga pagar putih melengkung di sebelah kanan, tengah, dan kiri jembatan. Panjang jembatan ini hanya 46 meter dan lebar 25 meter sehingga tidak melelahkan untuk diseberangi.

Helix Bridge
Helix Bridge di malam hari

Helix Bridge

Ini dia jembatan terbaru di Singapura yang segera menyita perhatian publik dan para turis berkat konstruksinya yang unik. Helix Bridge namanya. Jembatan ini merupakan pedestrian bridge yang membentang sepanjang 280 meter di atas Teluk Marina (Marina Bay), yang menghubungkan Marina Centre dan Marina South. Jembatan ini resmi dibuka untuk umum pada tanggal 24 April 2010 (hanya sebagian karena belum selesai semua) dan dibuka keseluruhan pada tanggal 18 Juli 2010. Konstruksi Helix Bridge sangat unik dengan bentuk jembatan yang melengkung (tidak lurus seperti jembatan pada umumnya). Jembatan ini dipagari dan dinaungi rangkaian besi melengkung yang saling silang sehingga berbentuk mirip terowongan. Helix Bridge akan terlihat lebih cantik dan meriah di malam hari berkat lampu warna-warni yang ada di sepanjang badan jembatan. Tak heran kalau jembatan ini selalu dipadati turis setiap harinya, baik siang atau malam. Untuk menuju Helix Bridge, Anda tak perlu susah-susah karena letaknya berada satu kompleks dengan Marina Bay Sands dan Art Science Museum. Anda bisa naik MRT dan turun di Stasiun MRT Marina Bay.

Henderson Waves Bridge

Henderson Waves Bridge
Satu lagi jembatan yang harus Anda kunjungi ketika jalan-jalan di Singapura, yaitu Henderson Waves Bridge. Jembatan ini merupakan pedestrian bridge tertinggi di Singapura dengan ketinggian 36 meter di atas Henderson Road atau sekitar 61,23 meter di atas permukaan laut. Jembatan sepanjang 274 meter ini menghubungkan Mount Faber Park dan Telok Blangah Hill Park. Jembatan ini didesain oleh IJP Corporation, London dan RSP Architects Planners and Engineers (PTE) ltd. Singapura. Henderson Waves Bridge dibuka untuk umum pada tanggal 10 Mei 2008 oleh Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Selain tingginya, yang membuat jembatan ini unik tak lain adalah pagar di satu sisi yang sekaligus menjadi penaung jembatan yang terbuat dari baja berbentuk melengkung (bergelombang) seperti ombak. Di bawah lengkungan pagar, terdapat tempat duduk yang bisa digunakan pengunjung untuk istirahat dan berlindung dari teriknya matahari. Jembatan yang lantainya terbuat dari kayu ini merupakan bagian dari Southern Ridge Park, jalur trekking yang membentang sepanjang 9 kilometer dari Mount Faber Park hingga ke Kent Ridge Park. Cara termudah untuk mencapai jembatan ini adalah dengan naik bus yang melewati Henderson Road (Bus Nomor 131, 145, 176 atau 648) dan turun di halte di bawah Henderson Waves Bridge. Cara lainnya, bila Anda ingin jalan-jalan sekalian olahraga (trekking) yaitu, naik MRT dan turun di Stasiun MRT Harbour Front. Selanjutnya, Anda tinggal jalan kaki selama kurang lebih tiga puluh menit (tergantung kecepatan Anda) melalui Mount Faber Park hingga tiba di Henderson Waves Bridge. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

NAIK-NAIK KE PUNCAK GEDUNG

Foto sejenak di depan Menara Kembar Petronas


Sejak kecil saya sangat suka berada di ketinggian seperti di atas pohon, di puncak gedung tinggi atau di puncak menara. Walaupun pernah jatuh beberapa kali ketika memanjat pohon, saya tidak pernah jera. Selain bisa melihat pemandangan indah, rasanya ada sensasi tersendiri bila sudah berada di puncak gedung/bangunan tinggi. Makanya, kegemaran saya menaiki tempat-tempat tinggi tersebut terus berlanjut sampai saya dewasa. Setiap kali saya berkunjung ke suatu tempat/negara dan ada landmark/bangunan tertinggi di kota tersebut, sebisa mungkin saya berusaha menaikinya. Berikut ini beberapa menara atau bangunan tinggi yang pernah saya naiki.


A. Dalam Negeri

1. Monumen Nasional (Tugu Monas)

Monumen Nasional atau yang populer disebut Monas/Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (versi lain mengatakan 137 meter dihitung dengan tinggi ruang yang ada di bawah tanah 5 meter), yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen ini didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan Monas dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Saya naik ke pelataran puncak Monas pada tanggal 25 April 2007.


Tugu Monas


Struktur bangunan Monas terdiri dari tiga bagian, yaitu lantai dasar, pelataran cawan, dan pelataran puncak. Di lantai dasar terdapat Museum Sejarah Perjuangan Nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, yang dapat menampung sekitar 500 orang pengunjung. Pada keempat sisi ruangan masing-masing terdapat 12 jendela peraga atau diorama yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang, dan lantai berlapis marmer dengan total keseluruhan 48 diorama. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.


Pelataran cawan Monas memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui tangga dari lantai dasar. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).


Di Pelataran Puncak Monas


Di puncak Monas terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pengunjung bisa mencapai pelataran puncak Monas yang berada pada ketinggian 115 meter dari permukaan tanah melalui elevator (lift) pada pintu sisi selatan. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak yang berukuran 11 x 11 meter ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru Kota Jakarta.


Kompleks Monas (monumen dan museum) dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum. Harga tiket menuju pelataran cawan dan museum Rp 3.500,00. Bila Anda ingin naik hingga ke pelataran puncak maka anda harus membeli tiket lagi seharga Rp 7.500,00, jadi total Rp 11.000,00.


2. Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Monumen Bajra Sandi)

Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau yang lebih dikenal sebagai Monumen Bajra Sandhi merupakan simbol rakyat Bali untuk menghormati para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi, dari zaman ke zaman. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan bangunan utama monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Monumen yang sangat megah dan indah ini terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya di tengah Lapangan Puputan Renon, di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali. Monumen ini dibangun pada tahun 1987 dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003.


Monumen Perjuangan Rakyat Bali


Arsitektur Monumen Perjuangan Rakyat Bali sangat kental dengan budaya Bali dan falsafah Agama Hindu, yakni lingga dan yoni. Bangunan utama monumen melambangkan lingga, sedangkan dasar bangunan monumen melambangkan yoni. Pada bangunan utama monumen, dapat kita lihat :

- Guci Amertha, disimbolkan dengan kumba (semacam periuk) yang terlihat di bagian atas monumen.

- Ekor Naga Basuki, diwujudkan di dekat Swamba, dan kepalanya pada Kori Agung.

- Badan Bedawang Akupa, diwujudkan pada landasan monumen.

- Gunung Mendara Giri, diwujudkan dengan monumen yang menjulang tinggi.

- Kolam yang mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).


Keseluruhan area monumen berbentuk bujur sangkar, dengan menerapkan konsepsi Tri Mandala, yaitu :

- Utama Mandala adalah bangunan utama yang terletak paling tengah.

- Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala.

- Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar, yang mengitari Madya Mandala.


Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala terdiri dari tiga lantai, yaitu :

- Utamaning Utama Mandala adalah lantai tiga yang letaknya paling atas, berfungsi sebagai ruang peninjauan, tempat untuk menikmati keindahan suasana di sekeliling monumen. Pada saat cuaca cerah, para pengunjung bisa menikmati panorama Kota Denpasar dari tempat ini. Untuk mencapai tempat ini, para pengunjung harus mendaki anak tangga melingkar yang lumayan tinggi.

- Madyaning Utama Mandala adalah lantai dua yang berfungsi sebagai ruang diorama, tempat dipajangnya diorama perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa yang berjumlah 33 unit. Dioramanya mirip dengan yang ada di Monas, Jakarta tetapi yang di sini hanya menampilkan perjuangan rakyat Bali sejak zaman kerajaan, masuknya Agama Hindu, zaman penjajahan, perang kemerdekaan, hingga saat ini. Di bagian luar, di sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekitar.

- Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar monumen, di mana terdapat ruang informasi, ruang administrasi, ruang pameran, ruang perpustakaan, ruang penjualan souvenir, ruang rapat, dan toilet. Di tengah-tengah ruangan terdapat kolam ikan dengan air mancur, delapan tiang agung dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.


Monumen Perjuangan Rakyat Bali dibuka untuk umum setiap hari kecuali hari libur nasional (tanggal merah), dengan jam buka : Senin - Jumat (08.30 - 17.00 WITA), Sabtu - Minggu (09.30 - 17.00 WITA). Untuk masuk ke monumen ini, setiap pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00 untuk dewasa (lokal) dan Rp 2.000,00 untuk anak-anak (lokal). Untuk turis asing, tiket masuknya Rp 10.000,00 untuk dewasa dan Rp 5.000,00 untuk anak-anak.


3. Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) di Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah terletak di Jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Di kompleks masjid yang mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006 ini sebuah menara bernama Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower). Menara ini memiliki ketinggian 99 meter yang melambangkan 99 Nama Allah. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 kilometer ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Menara ini dibuka setiap hari dari pukul 08.00 - 21.00 WIB. Pengunjung bisa mencapai puncak menara melalui lift dengan membayar Rp 3.000,00 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.00 - 17.30 WIB. Apabila pengunjung datang pada antara pukul 17.30 - 21.00 WIB tarif tersebut meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Di puncak menara, pengunjung bisa menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas. Bagi pengunjung yang ingin melihat pemandangan dengan teropong, bisa menggunakan teropong yang terdapat di puncak menara dengan mengeluarkan biaya Rp 500,00 per menit.


Di puncak Menara BTS Provider Telepon Seluler


4. Menara Base Transceiver System (BTS) Provider Telepon Seluler

Melihat sebuah Tower BTS Provider Telepon Seluler tak jauh dari rumah, saya tertarik untuk menaikinya. Apalagi saat itu, tower tersebut belum 100% jadi dan belum dipagari sekelilingnya. Jadilah, saya nekad memanjat tower setinggi 75 meter tersebut. Parahnya, saya memanjat tower tersebut di bulan puasa, sore hari lagi. Kenekadan saya tersebut tak lain karena saya terprovokasi oleh kakak cewek saya yang sudah lebih dulu memanjat tower tersebut beberapa hari sebelumnya. Selain itu, saya juga penasaran ingin melihat pemandangan indah di sekitar kampung halaman saya dari ketinggian. Ternyata, usaha saya tak sia-sia. Pemandangan dari puncak tower memang sangat indah. Saya bisa melihat Gunung Muria di sebelah barat, perbukitan yang hijau, jalan yang berkelok-kelok, dan rumah-rumah penduduk yang terlihat kecil-kecil seperti maket. Sialnya, saat itu saya tidak membawa kamera kesayangan saya karena sedang low bat. Alhasil, esok harinya, pagi-pagi sekali setelah Sholat Subuh, saya kembali memanjat tower tersebut untuk mengabadikan panorama indah di sekitarnya.


4. Mercusuar Pulau Bawean, Jawa Timur

Sejak kecil saya punya “impian” yang mungkin bagi sebagian orang dianggap aneh, yaitu berada di puncak mercusuar. Saya membayangkan betapa asyiknya menyaksikan panorama pantai yang indah lengkap dengan perahu nelayan yang bertebaran dari atas ketinggian. Impian saya memanjat mercusuar baru terwujud ketika saya sedang berkunjung ke Pulau Bawean pada tanggal 11 Mei 2008. Mungkin Anda bertanya-tanya, “Di manakah letak Pulau Bawean?” Pulau Bawean adalah pulau kecil yang terletak di tengah Laut Jawa, di antara Pulau Jawa dan Kalimantan. Jaraknya sekitar 120 km dari lepas pantai Gresik, Jawa Timur. Secara administratif, Pulau Bawean memang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Untuk mencapainya, kita harus naik kapal cepat dari Pelabuhan Gresik menuju Sangkapura dengan waktu tempuh sekitar empat jam.


Ketika jalan-jalan di Sangkapura (Kota terbesar di Pulau Bawean), secara kebetulan saya melihat sebuah mercusuar yang tak seberapa tingginya, berdiri menjulang di tepi pantai. Otomatis, impian lama saya untuk menaiki mercuasuar pun mencuat lagi. Sayangnya sore itu, ada banyak orang sedang bermain bola voli di sebuah lapangan tak jauh dari mercusuar tersebut. Mau tak mau, saya pun menunda keinginan untuk menaiki mercusuar tersebut. Saya tak mau jadi tontonan orang apalagi sampai dimarahi orang gara-gara menaiki mercusuar tersebut.


Panorama Kota Sangkapura dilihat dari puncak Mercusuar Bawean


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali (jam 05.15) saya berjalan kaki dari hotel tempat saya menginap menuju mercusuar tersebut. Dari hotel ke mercusuar butuh waktu sekitar 15 menit berjalan kaki. Seperti dugaan saya, tidak ada orang sama sekali di sekitar mercusuar pagi itu. Setelah celingak-celinguk memastikan bahwa memang tak ada orang di sekitar mercusuar, saya pun langsung menaiki mercusuar dengan semangat. Dan saya benar-benar puas ketika berada di puncak mercusuar. Panorama Kota Sangkapura terlihat sangat indah dari puncak mercusuar. Terlihat Pulau Selayar di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Pelabuhan Sangkapura di sebelah barat, dan perbukitan hijau di sebelah utara. Meski angin bertiup cukup kencang, saya tak mempedulikannya. Saya segera memotret panorama menawan tersebut. Tak lupa saya bernarsis ria dengan modal tripod dan self-timer. Saya bahagia sekali impian saya menaiki mercusuar (meski tidak terlalu tinggi) sudah tercapai.


Mercusuar Bukit Badung


5. Mercusuar Bukit Badung, Bali

Mercusuar kedua yang berhasil saya naiki adalah Mercusuar Bukit Badung yang berada di ujung selatan Pulau Bali, tepatnya di Desa Timbis, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Mercusuar ini berada tak jauh dari Pantai Green Bowl yang indah itu. Saya tak tahu pasti berapa tingginya Mercusuar Bukit Badung. Soalnya tidak ada keterangan berapa tinggi mercusuar tersebut. Menurut perkiraan saya sih, lebih dari 50 meter. Yang pasti, saya cukup ngos-ngosan ketika menaikinya. Saya nekad menaiki Mercusuar Bukit Badung meski pintu pagar yang mengelilinginya terkunci. Saya nekad memasukinya, dengan meloncat pagar. Sayangnya, saya tidak bisa mencapai puncak mercusuar. Pasalnya, tangga terakhir menuju puncak, sudah berkarat dan banyak yang patah pegangan (hand rail)-nya. Ketika saya coba menaikinya, anak tangga tersebut bergoyang-goyang sekan mau lepas. Saya pun mengurungkan niat mencapai puncak mercusuar. Toh, saya sudah bisa melihat pemandangan indah dari tempat tersebut. Saya benar-benar heran, kok bisa ya, mercusuar yang letaknya dekat dengan tempat wisata terkenal dan pemukiman penduduk, kondisinya tak terawat seperti ini. Padahal Mercusuar Bukit Badung kan cukup penting karena letaknya meghadap ke Samudera Hindia, sehingga memandu kapal-kapal yang datang dari arah selatan (Australia).


Mercusuar Gili Selang


6. Mercusuar Gili Selang, Bali

Saya melihat Mercusuar Gili Selang secara tak sengaja. Sepulang jalan-jalan dari Pantai Amed, saya tidak berbalik arah menuju Tulamben melainkan berjalan ke arah timur sampai ujung paling timur Pulau Bali. Untungnya, saya melihat sebuah mercusuar yang menjulang tinggi tak jauh dari pulau mungil Gili Selang. Ternyata mercusuar yang terletak di ujung timur (benar-benar di ujung paling timur) Pulau Bali tersebut bernama Mercusuar Gili Selang. Melihat pintu pagar mercusuar yang terbuka, saya tertarik utuk menaiki mercusuar tersebut. Sebelum naik, saya meminta izin dulu kepada ibu-ibu yang rumahnya tak jauh dari mercusuar tersebut dan ternyata diizinkan. Dengan semangat 45 saya pun menaiki Mercusuar Gili Selang. Sialnya, angin bertiup cukup kencang saat itu. Mungkin, karena letaknya di ujung pulau dan bangunan mercusuar juga lumayan tinggi. Untungnya, pengorbanan saya terbayar lunas ketika sampai di puncak mercusuar. Panorama Bali Timur yang menawan menghapuskan segala rasa letih dan deg-degan saya. Dan seperti biasa, ritual potret-memotret pun langsung saya lakukan dari puncak Mercusuar Gili Selang.


B. Luar Negeri

1. Menara Kembar Petronas (Petronas Twin Towers), Kuala Lumpur, Malaysia

Ketika jalan-jalan ke Kuala Lumpur pada tanggal 15 Juli 2008, tempat pertama yang saya kunjungi adalah Menara Kembar Petronas (Petronas Twin Towers). Maklum sebagai penyuka bangunan-bangunan tinggi, landmark Negeri Jiran, Malaysia ini, sudah lama menyita perhatian saya. Pasalnya, menara ini pernah menyandang gelar sebagai gedung tertinggi di dunia pada masanya (dan masih menjadi gedung kembar tertinggi di dunia hingga saat ini). Rasanya gedung setinggi 452 m dengan 88 lantai ini, sayang untuk dilewatkan. Ada yang bilang, “Belum ke Malaysia kalau belum mengunjungi Menara Kembar Petronas.” Syukur-syukur bisa naik sampai ke skybridge (Orang Malaysia menyebut Jejantas Udara)-nya. Saya pun sampai harus dua kali berkunjung ke Menara Kembar Petronas untuk bisa naik ke skybridge-nya. Hari pertama, saya harus kecewa karena tidak bisa naik ke skybridge tersebut karena kesiangan. Dulu, tiket gratis untuk naik ke skybridge hanya tersedia sampai pukul 09.00 Waktu Malaysia (sama dengan WITA). Sekarang sih tersedia sepanjang hari, tapi sudah tidak gratis lagi. Alhasil, keesokan harinya saya pun rela datang lebih pagi untuk antri tiket masuk ke skybridge Menara Kembar Petronas.


Menara Kembar Petronas


Skybridge Visit, begitulah istilah untuk kunjungan ke skybridge Menara Kembar Petronas. Fungsi utama dari double-decked skybridge ini sebagai penghubung antara kedua menara serta untuk jalur evakuasi bila terjadi kondisi darurat. Seperti kebanyakan gedung pencakar langit lainnya, gedung ini pun mampu ‘bergoyang’ bila diterpa angin, jembatan yang terhubung di antara kedua jembatan mampu bergeser secara fleksibel dengan batas maksimal tertentu.


Berfoto bersama grup tur Skybridge Visit di Skybridge Petronas Twin Towers


Untuk mengunjungi Menara Kembar Petronas saya sarankan untuk datang pagi-pagi, loket dibuka mulai pukul 08.30 dengan jumlah tiket yang terbatas. Biaya tur adalah RM 10 untuk sampai di skybridge. Bila ingin sampai lantai tertinggi tersedia paket tur seharga RM 40. Tur diawali dengan pemutaran film pendek berdurasi 7 menit tentang apa itu Petronas, kontribusi Petronas terhadap negara serta pembangunan menara itu sendiri. Tur akan dibagi menjadi dua grup dengan tanda kartu pengenal berwarna hijau, biru, kuning, merah atau hitam yang dibagikan/ dipinjamkan sebelum masuk ke bioskop mini. Setelah itu, pengunjung akan dibawa ke skybridge,di lantai 41, dengan lift berkecapatan tinggi dalam waktu kurang lebih 41 detik (kecepatan lift 6 m/detik). Sebelum naik ke lantai 41 di mana double-decked skybridge berada, pengunjung akan melewati mesin security check seperti di bandara. Di dalam skybridge sepanjang 58,4 m ini, pengunjung akan diberi kesempatan selama 15 menit untuk berfoto dan menikmati pemandangan di sekitar menara. Kemudian, tour guide akan memanggil pengunjung berdasarkan warna tanda pengenal bila waktu telah habis. Skybridge Visit pun selesai.



Bila pengunjung ingin membeli souvenir Menara Kembar Petronas, pengunjung bisa belanja di Galeri Petronas yang berada di dekat pintu keluar. Di galeri tersebut terdapat informasi seputar Menara Kembar Petronas dan berbagai pernak-pernik (souvenir) lucu Menara Kembar Petronas. Belum puas belanja di Galeri Petronas? Anda bisa belanja di Suria KLCC (shopping mall) yang berada di bawah Menara Kembar Petronas.


2. Menara Kuala Lumpur (Kuala Lumpur Tower)

Menara Kuala Lumpur yang lebih sering disebut dengan Kuala Lumpur Tower (KL Tower) memang kalah tenar dibandingkan dengan ‘adiknya’ Menara Kembar Petronas. Namun, sebelum ada Petronas Twin Towers, KL Tower sempat menjadi primadona Kuala Lumpur. Meski kalah pamor, tetap saja KL Tower menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata Malaysia. Saya pun tertarik mengunjungi KL Tower selepas kunjungan dari Petronas Twin Towers.


Menara Kuala Lumpur


Terletak tak begitu jauh dari Petronas Twin Towers (namun cukup jauh kalau jalan kaki), di KL Tower pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Kuala Lumpur dari ketinggian 421 meter di lantai pengamatan observation deck dengan harga tiket masuk untuk dewasa seharga RM 38. Harap Anda perhatikan, bahwa KL Tower buka dari jam 09.00 pagi sampai jam 09.00 malam. Di observation deck, pengunjung bisa menikmati keindahan panorama Kuala Lumpur. Petronas Twin Towers juga terlihat jelas dari sini. Selain itu, ada toko souvenir yang menjual berbagai pernak-pernik KL Tower di observation deck. Oh ya, di KL Tower juga terdapat restoran berputar dengan pemandangan panorama 360o Kota Kuala Lumpur. Untuk menikmatinya, kita harus pesan tempat dulu. Selain observation deck, menara yang dijadikan menara telekomunikasi itu mempunyai beberapa tempat menarik seperti F1 Simulator Zone, Animal Zone, dan lain-lain. (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

EKSOTISME CANDI SUKUH

Candi Sukuh berbentuk seperti piramida terpotong

Candi Sukuh berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1.186 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jaraknya sekitar 20 kilometer dari Kota Karanganyar atau 36 kilometer dari Kota Solo/Surakarta. Candi Sukuh dibangun pada tahun 1437, beberapa saat sebelum runtuhnya Kerajaan Majapahit. Candi ini pertama kali ditemukan dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta, Johnson. Pada kurun waktu 1842-1910 dilakukan penelitian dan inventarisasi oleh sejumlah arkeolog dari Belanda. Pada tahun 1928 baru dilakukan pemugaran oleh Dinas Purbakala Jawa Tengah.


Candi Sukuh merupakan Candi Hindu yang sangat unik. Berbeda dengan Candi-Candi Hindu lainnya di Indonesia yang bentuknya bujur sangkar dengan pusat candi persis di tengah-tengah, bangunan utama Candi Sukuh berbentuk piramida dengan puncak terpotong mirip dengan Candi-Candi peninggalan Suku Maya di Meksiko atau Suku Inca di Peru. Berbagai teori dan dugaan pun bermunculan berkaitan dengan bentuk Candi Sukuh yang tidak lazim. Salah satunya menyebutkan bahwa Candi Sukuh dibangun pada masa-masa ketika kejayaan Hindu mulai memudar sehingga pembangunan Candi Sukuh dibuat dengan konsep kembali ke budaya Megalitikum (pra sejarah). Bentuk candi berupa piramida dengan puncak terpotong merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam Kitab Adiparwa (kitab pertama Mahabharata). Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang puncaknya dipotong dan dipergunakan untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta yang bisa memberikan kehidupan abadi bagi siapapun yang meminumnya.


Relief Lingga dan Yoni


Keunikan Candi Sukuh lainnya adalah banyaknya patung dan ornamen/relief yang erotis di kompleks candi sehingga membuatnya mendapat predikat sebagai candi paling erotis di Indonesia. Patung laki-laki telanjang yang sedang memegang alat kelaminnya, relief perempuan tanpa busana, relief berbentuk rahim, dan ornamen/relief berbentuk alat kelamin pria (lingga) bertemu alat kelamin wanita (yoni) adalah beberapa contoh relief erotis di Candi Sukuh. Berbagai patung dan relief erotis tersebut merupakan perwujudan alat kelamin laki-laki dan perempuan, yang melambangkan kesucian hubungan antara laki-laki dan perempuan yang merupakan cikal bakal kehidupan manusia.


Kompleks Candi Sukuh dilihat dari puncak candi


Kompleks Candi Sukuh tidak begitu luas. Candi Sukuh dibangun di lahan yang miring/berundak-undak dengan tiga susunan trap/teras, di mana semakin ke belakang semakin tinggi. Di teras pertama (paling bawah), terdapat gapura utama Candi Sukuh dengan hiasan sejumlah relief di kanan kirinya. Di teras kedua (tengah) terdapat gapura lagi (sekarang bentuk tidak utuh lagi), dengan hiasan beberapa relief di sisi gapura. Salah satunya adalah relief seekor burung garuda yang kaki-kakinya mencengkeram seekor naga. Ada juga relief manusia dalam keadaan polos, tanpa busana sama sekali. Di teras ketiga (paling atas) terdapat pelataran luas dengan candi induk berbentuk piramida terpotong dan beberapa relief di sebelah kiri candi serta patung-patung di sebelah kanan candi. Pengunjung bisa mendaki ke puncak candi melalui anak tangga di lorong sempit, di tengah-tengah candi. Dari puncak candi inilah pengunjung bisa melihat keseluruhan kompleks candi.


Getting There

Untuk mencapai Candi Sukuh dari Solo sangat mudah karena searah dengan objek wisata terkenal Tawangmangu. Bila Anda naik kendaraan umum, dari Terminal Tirtonadi Solo, Anda bisa naik bus umum jurusan Tawangmangu dan turun di Karang Pandan, dilanjutkan dengan naik minibus jurusan Kemuning, dan disambung dengan naik ojek hingga tiba di Candi Sukuh. Bila menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya Anda memakai mobil yang bertenaga prima karena Anda akan melewati jalanan yang berkelok-kelok dengan tanjakan sangat terjal, terutama 2 km terakhir mendekati kompleks candi. (edyra)***


*Dari berbagai sumber.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments