KELILING VATIKAN, NEGARA TERKECIL DI DUNIA


Udara begitu menggigit di Roma pagi itu. Salju masih tampak di mana-mana, walau sebagian sudah mulai mencair, membuat jalanan basah dan licin. Roma memang sedang mengalami musim dingin. Mengenakan baju dua lapis, jaket tebal, syal, dan topi kupluk, saya keluar dari hotel yang berada tak jauh dari Colosseum. Agenda saya hari ini adalah menjelajah Vatikan, negera terkecil di dunia yang berada di dalam Kota Roma. 

Dari hotel tempat saya menginap, saya berjalan kaki menuju Vatikan. Sebenarnya saya bisa naik Metro (kereta bawah tanah) untuk mencapai Vatikan. Namun, saya lebih memilih jalan kaki karena jaraknya tak begitu jauh dari hotel saya. Selain itu, saya juga malas berdesak-desakan di dalam Metro yang pastinya sangat ramai di jam-jam sibuk seperti ini. Dengan berjalan kaki, saya juga bisa melihat suasana Kota Roma di pagi hari. 

Jembatan Vittorio Emanuele II

Tak perlu waktu lama untuk mencapai Vatikan. Dari Jembatan Vittorio Emanuele II yang membentang di atas Sungai Tiber (Orang Italia menyebutnya Fiume Tevere), kubah besar Basilika Santo Petrus di Vatikan sudah kelihatan. Setelah memotret Jembatan Vittorio Emanuele II dan Sungai Tiber, saya melanjutkan perjalanan ke Vatikan. Saya sudah tidak sabar untuk segera menjejakkan kaki di Vatikan. Tugu Obelisk yang berdiri gagah di tengah-tengah Piazza San Pietro (Saint Peter’s Square), menyambut kedatangan saya di Vatikan. Pilar-pilar yang berjajar rapi mengelilingi piazza (alun-alun/lapangan), tampak kokoh dan indah. Meski hari masih pagi, sudah banyak turis yang berkerumun di Piazza San Pietro. Kebanyakan dari mereka sedang asyik berfoto dengan latar belakang Basilika Santo Petrus.

 Piazza San Pietro

Saya seperti tak percaya sudah berada di Vatikan, negeri terimut di dunia. Beberapa menit yang lalu, saya masih berada di Roma, Italia. Tanpa melewati tugu perbatasan atau pemeriksaan imigrasi, tiba-tiba saya sudah berada di Negara Vatikan. Perbatasan Vatikan dengan Italia memang berupa tembok sepanjang 3,2 km yang mengelilingi Vatikan. Tembok ini dulunya dibangun untuk melindungi Paus dari serangan orang jahat. Namun, saya tidak melihat tembok ini karena saya memasuki wilayah Vatikan melalui jalan utama dari wilayah Italia, Via della Conciliazione (jalan dalam Bahasa Italia disebut Via). Vatikan memang negara yang berada di dalam Kota Roma. Negara yang memiliki nama resmi Stato della Città del Vaticano (State of the Vatican City) ini merupakan negara terkecil di dunia, baik dari segi luas wilayah maupun jumlah penduduk. Meski luasnya hanya 0,44 km2 (44 hektar) dan jumlah penduduknya tak sampai 1.000 orang, Vatikan adalah negara merdeka berdaulat. Negara yang menjadi pusat Agama Katolik dunia ini, dipimpin oleh Paus (sekarang Paus Benediktus XVI). Sedangkan untuk keperluan sehari-hari dipimpin oleh seorang gubernur. Sebagai negara merdeka berdaulat, Vatikan juga memiliki bendera, lambang negara, dan lagu kebangsaan. 

 Turis bermain-main dengan burung merpati di Piazza San Pietro

Berada di tengah-tengah Piazza San Pietro yang sangat luas, membuat saya takjub. Saya benar-benar kagum pada sang arsitek, Gian Lorenzo Bernini, yang berhasil merancang piazza ini dengan indahnya sehingga menjadi objek foto favorit para fotografer. Tanpa disuruh, jari tangan saya juga tak henti-hentinya menekan tombol rana kamera untuk mengabadikan keindahan Piazza San Pietro. Saya benar-benar bahagia bisa menginjakkan kaki di Piazza San Pietro. Kalau biasanya saya hanya bisa melihat piazza ini dalam acara “Siaran Langsung Misa Natal dari Vatikan” yang disiarkan beberapa stasiun televisi di Indonesia setiap tanggal 25 Desember, sekarang saya sudah berada di sana.

Patung Santo dan santa di atas Basilika Santo Petrus

Piazza San Pietro dibangun pada tahun 1656 – 1667. Lapangan berbentuk oval (elips) ini memiliki diameter 240 meter pada bagian yang paling lebar dan 196 meter pada bagian yang sempit. Lapangan ini dikelilingi pilar-pilar kokoh sebanyak 284 pilar, yang menopang atap di sisi kiri dan kanan membentuk bangunan setengah lingkaran. Di atas pilar bangunan setengah lingkaran tersebut terdapat patung orang suci (Santo/Santa) yang dibuat oleh murid Gian Lorenzo Bernini dengan jumlah 140 buah patung, dengan tinggi masing-masing patung 3,2 meter. Tepat di tengah Piazza San Pietro, terdapat Tugu Obelisk yang setinggi 25,5 meter. Di kanan kiri Obelisk terdapat air mancur cantik karya Maderno dan Carlo Fontana. Obelisk tersebut dibawa oleh Kaisar Agustus dari Alexandria, Mesir. Obelisk dipindahkan ke lapangan ini pada tahun 1586 oleh Domenico Fontana atas perintah Paus Sixtus V. 
 
 Basilika Santo Petrus

Puas mengabadikan keindahan Piazza San Pietro, saya bergegas masuk ke Basilika Santo Petrus (Basilica Papale di San Pietro in Vaticano). Untuk masuk ke gereja terbesar di dunia ini, pengunjung tidak dipungut biaya sepeser pun. Namun, kita harus siap-siap mengantri dengan sabar karena gereja ini dikunjungi sekitar 300.000 orang setiap harinya. Sebenarnya pintu masuk ke dalam Basilika Santo Petrus ada di tengah-tengah bangunan. Namun, sebelum memasuki ruangan gereja, kita harus menjalanani serangkaian pemeriksaan keamanan seperti di bandara, yang berada di sebelah kanan piazza. Semua pengunjung harus melalui metal detector dan semua barang bawaan (tas, kamera, camcorder, dan lain-lainl) harus melewati sensor X-Ray. Yang perlu diingat, kita harus berpakaian sopan dan menutup aurat untuk masuk ke dalam gereja ini. Kita harus memakai celana/rok dengan panjang di bawah lutut serta baju yang menutup lengan dan pusar. Pengunjung yang memakai celana pendek, rok mini atau baju tanpa lengan dilarang masuk ke dalam gereja. Memakai topi (apa pun bentuknya) juga dilarang di dalam gereja. 

Untunglah pengunjung belum banyak pagi itu. Jadi, saya bisa melewati pemeriksaan keamanan dengan mudah tanpa harus ngantri. Padahal, kata teman-teman yang pernah masuk ke dalam Basilika Santo Petrus, mereka harus ngantri lama dan ekstra sabar. Ternyata, trik saya datang pagi-pagi untuk masuk ke dalam Basilika Santo Petrus sangat tepat. Saya tak perlu terjebak antrian panjang dan membosankan. 
 
Memasuki ruangan utama Basilika Santo Petrus membuat saya terkagum-kagum. Interior gereja ini begitu megah dan indah. Mulai dari lantai, dinding hingga langit-langit (ceiling) penuh dengan ornamen yang dibuat dengan detil dan indah. Patung-patung yang menghiasi dinding, pintu jendela maupun altar juga sangat indah. Salah satu patung yang paling menarik adalah Patung Pieta karya Michelangelo, yang terletak di sebelah kanan pintu masuk. Patung ini menggambarkan Bunda Maria menggendong Yesus yang sudah wafat di pangkuannya setelah penyaliban. Asyiknya lagi, kita diperbolehkan memotret di dalam gereja, asalkan tidak pakai lampu kilat (flash). Jadi, saya bisa mengabadikan setiap sudut menarik Basilika Santo Petrus dengan leluasa, tanpa harus sembunyi-sembunyi dari petugas. 

 
Interior Basilika Santo Petrus


Basilika Santo Petrus merupakan Gereja Katolik terbesar di dunia. Gereja yang menjadi “kiblat” umat Katolik sedunia ini dapat menampung 60.000 orang. Gereja dengan panjang 220 meter dan lebar 150 meter ini dibangun selama 120 tahun, dari tahun 1506 sampai 1626. Gereja ini juga memiliki kubah yang sangat besar dengan diameter 42 meter dan tinggi 138 meter. Pembangunan gereja bergaya Renaissance ini melibatkan banyak arsitek terkemuka Italia, di antaranya adalah Donato Bramante, Michelangelo, Carlo Maderno and Gian Lorenzo Bernini. 
 
Turis berziarah di makam Paus Yohannes Paulus II

Selain menjadi tempat ibadah dan berdoa umat Katolik dari seluruh dunia, Basilika Santo Petrus juga menjadi tempat ziarah. Di dalam gereja ini juga terdapat makam para orang suci (santo/santa) dan Paus, termasuk makam Paus Yohanes Paulus II. Semula dia dimakamkan di ruang bawah tanah gereja bersama Paus-Paus lainnya. Namun, sejak mendapat gelar Beato (orang suci) pada tanggal 1 Mei 2011, jasad pemilik nama asli Karol Józef Wojtyla ini dipindah ke lantai dasar Basilika Santo Petrus. Letak makamnya berada di sisi sebelah kanan gereja. Saat saya ke sana, tampak beberapa pengunjung yang sedang berdoa dengan khusyuk di depan makam. Beberapa di antaranya bahkan sampai menitikkan air mata.

 
 Kubah Basilika Santo Petrus

Mengunjungi Basilika Santo Petrus tak lengkap tanpa naik ke kubahnya yang disebut Cupola dalam Bahasa Italia. Untuk naik ke Cupola, kita harus membayar tiket masuk sebesar 7 Euro (sekitar Rp 84.000,00) bila menggunakan lift, dan 5 Euro (sekitar Rp 60.000,00) bila tidak menggunakan lift. Loket penjualan tiket Cupola berada di luar ruang utama gereja, tepatnya di sebelah kanan ruangan utama. Jika kebingungan, kita bisa bertanya pada petugas atau mengikuti petunjuk arah “Ingresso Cupola/Entrance to The Cupola.” 

Lorong sempit menuju puncak kubah

Saya membeli tiket yang menggunakan lift, karena saya sudah lumayan capek berkeliling Piazza san Pietro dan Basilika Santo Petrus yang sangat luas. Selain itu, saya juga malas naik tangga yang katanya berjumlah 551 anak tangga dari dasar samapi puncak. Semula saya berpikir bahwa lift akan membawa saya sampai ke puncak kubah. Ternyata dugaan saya keliru. Lift hanya membawa saya sampai atap gereja. Selanjutnya, saya masih harus berjalan menaiki puluhan anak tangga di lorong yang sempit dan pengap. Bahkan, menjelang puncak kubah, saya harus menaiki tangga putar yang melingkar-lingkar bikin pusing kepala. Yang perlu diingat, sekali kita menaiki tangga menuju kubaha, kita tidak boleh turun melewati jalur tersebut karena jalan turun berbeda. Bila nekad turun di jalur tersebut, siap-siap saja didamprat orang yang sedang berjalan naik. 
 
Piazza San Pietro dilihat dari puncak kubah Basilika Santo Petrus

Perjuangan untuk mencapai puncak kubah Basilika Santo Petrus ternyata tak sia-sia. Pemandangan dari atas puncak kubah sangat menakjubkan. Berkali-kali saya berdecak kagum menyaksikan panorama dari puncak kubah. Kita bisa melihat panorama Vatikan 360 derajat. Seluruh sudut Negara Vatikan yang luasnya tak sampai 1 km bisa terlihat dengan jelas. Mulai dari Piazza San Pietro, Taman Kota Vatikan, Museum Vatikan, dan rumah-rumah penduduk Vatikan. Yang semakin membuat saya kagum, Piazza San Pietro dan jalan yang membentang di depannya membentuk anak kunci, dengan ujungnya hampir menyentuh Sungai Tiber. 

Selain Piazza dan Basilika Santo Petrus, tempat lain yang wajib dikunjungi di Vatikan adalah Museum Vatikan (Musei Vaticani). Meski tiket masuknya cukup mahal, 14 Euro (sekitar Rp 168.000,00), museum ini dikunjungi jutaan turis dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya. Tahun 2011, jumlah turis yang mengunjungi Museum Vatikan mencapai lebih dari lima juta orang. Mereka rela ngantri berjam-jam untuk bisa masuk ke museum ini. Saya beruntung, tak perlu ngantri lama (cukup 20 menit saja) untuk masuk ke Museum Vatikan. Untuk menghindari antrian panjang, kita bisa membeli tiket masuk museum ini melalui internet atau datang sekitar jam 08.00 pagi, sebelum museum buka jam 09.00 pagi. 

 Lukisan (fresco) di dinding dan langit-langit Kapel Sistina

Museum Vatikan dibangun oleh Paus Julius II pada tahun 1506. Museum ini memiliki koleksi benda seni yang beragam, mulai lukisan kanvas, lukisan di dinding, lukisan di langit-langit, hingga patung-patung yang dipahat dengan sempurna. Benda-benda seni tersebut merupakan karya seniman besar Eropa/Italia seperti Raphael, Michelangelo dan Leonardo da Vinci. Bagian/ruangan museum yang tak boleh dilewatkan adalah Kapel Sistina (Capella Sistina). Seluruh dinding dan langit-langit kapel ini dihiasi lukisan (fresco) menawan karya Michaelangelo. Lukisan tersebut dikerjakan oleh Michaelangelo dalam waktu empat tahun, dari tahun 1508 sampai tahun 1512. Leher saya sampai pegal-pegal karena harus terus mendongak, melihat lukisan di langit-langit yang sangat mengagumkan. Sebenarnya pengunjung dilarang memotret di dalam Kapel Sistina. Namun, melihat pengunjung lain yang pada mencuri-curi memotret dan dibiarkan oleh petugas, saya pun ikut-ikutan motret. Sayang sekali, bila tidak mengambil foto lukisan menakjubkan tersebut. 

 Tangga spiral di Museum Vatikan

Sudut menarik lainnya di Museum Vatikan adalah tangga melingkar yang akan kita lewati saat akan keluar. Tangga ini berbentuk melingkar-lingkar seperti spiral. Tangga hasil rancangan Giuseppe Momo pada tahun 1932 ini sudah lama menjadi ikon Museum Vatikan selain Kapel Sistina. Jangan lupa untuk memotret tangga ini dari atas karena bentuknya sangat unik. 

Kunjungan ke Museum Vatikan mengakhiri petualangan saya di Vatikan. Ternyata, tak butuh waktu lama untuk mengelilingi Negara Kota Vatikan. Cukup enam jam, semua tempat menarik di Vatikan berhasil saya kunjungi. Kini, giliran Anda mengelingi negara termungil di dunia ini. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

SYDNEY 360 DERAJAT




Nampang sejenak di Sydney Tower Eye Observation Deck

Saya sangat suka berada di ketinggian (tempat yang tinggi). Makanya, setiap kali berkunjung ke suatu tempat/kota yang memiliki tugu/monumen/gedung (landmark) tinggi, sebisa mungkin saya akan menaikinya walau harus membayar mahal. Dari puncak tertinggi bangunan tersebut, biasanya akan terhampar pemandangan indah suatu kota/tempat. Sudut-sudut kota yang biasanya tidak sempat dikunjungi (terpikirkan), bisa terlihat dengan jelas dari ketinggian. 

Saat berkunjung ke Sydney, Ausralia, saya pun tak melewatkan menaiki bangunan tertinggi di kota tersebut, yaitu Sydney Tower. Saya bela-belain beli tiketnya on line via situs www.sydneytowereye.com.au jauh hari sebelum keberangkatan, agar bisa mendapatkan tiket murah untuk menaiki menara ini. Maklum, selisih harganya cukup lumayan bila dibandingkan dengan membeli tiket langsung di loket. 

 

Sydney Tower berada tepat di jantung kota Sydney, tepatnya di Market Street (di sudut Pitt Street dan Castlereagh Street), tak jauh dari Stasiun Metro St. James (St. James Station). Menara yang juga disebut Centrepoint Tower ini berada di atas Pusat Perbelanjaan (Mal) Westfield. Menara ini mulai dibangun pada akhir tahun 1970, namun bagian menaranya baru mulai dibangun pada tahun 1975. Menara ini terlihat sangat kokoh karena desain menara ini memang dimaksudkan untuk dapat tahan gempa dan deraan angin yang sangat kencang. 

Sydney Tower memiliki ketinggian 309 meter dan terdiri dari beberapa lantai. Namun, bagian Sydney Tower yang dibuka untuk umum terdiri dari empat lantai di bagian teratas. Bagian bawah menara merupakan pusat perbelanjaan yang menjual berbagai barang bermerek dan restoran dengan menu masakan dari berbagai belahan dunia. Kemudian, tiga lantai teratas merupakan restoran yang berputar 360 derajat (revolving restaurant), di mana para tamu dapat melihat pemandangan Kota Sydney sambil menyantap hidangan lezat. Dan bagian yang paling atas adalah dek pengamatan yang disebut Sydney Tower Eye Observation Deck yang berada pada ketinggian 250 meter. Tempat ini merupakan observation deck tertinggi di belahan bumi selatan. Dari dek pengamatan ini, Anda bisa melihat panorama Kota Sydney 360 derajat. Semua tempat menarik yang menjadi landmark Sydney, bisa terlihat dari sini. Mulai dari Sydney Opera House, Sydney Harbour Bridge, Darling Harbour hingga pantai-pantai cantik di Sydney. 

 
Panorama cantik Kota Sydney dilihat dari Sydney Tower Eye Obseervation Deck
 
Untuk sampai ke Sydney Tower Eye Observation Deck, tempat pengunjung dapat melihat pemandangan kota 360 derajat, tersedia beberapa lift super cepat yang akan membawa Anda naik dalam waktu sekitar 40 detik, tergantung kecepatan angin pada saat itu. Namun, sebelum dibawa naik ke dek pengamatan, Anda akan diajak menyaksikan film pendek tentang wisata Sydney. Sebuah cara yang bagus untuk promosi wisata yang bisa dicontoh Indonesia. 

 
Toko souvenir di Sydney Tower Eye Obseervation Deck 

Bagi Anda yang bernyali besar dan ingin mendapat pengalaman lebih menanntang, Anda dapat membeli tiket Skywalk. Dengan mengikuti Skywalk Tour, Anda akan diajak berjalan mengelilingi menara di peron terbuka dengan lantai terbuat dari kaca pada ketinggian 268 meter. Sebelum, mengikuti tour ini, Anda diharuskan memakai baju dan alat pengaman khusus yang talah disediakan. Anda juga akan diberi penjelasan singkat tata tertib mengikuti Skywalk Tour, untuk keselamatan Anda.

Tiket masuk ke Sydney Tower adalah AUD 26,00 (sekitar Rp 249.600,00) untuk dewasa (16 tahun ke atas) dan AUD 15 (sekitar Rp 144.00,00) untuk anak-anak (4 – 15 tahun). Anda dapat memperoleh tiket lebih murah bila membeli secara on line, yaitu AUD 18,20 (dewasa) dan AUD 10, 50 (anak-anak) untuk sekali kunjungan. Harga tiket Skywalk bila dipesan on line hanya AUD 48,50 sementara bila membeli di tempat mencapai AUD 65,00. Bagaimana, tertarik menaiki Sydney Tower? (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

ENAM JAM DI BRUSSELS



Coklat, wafel, dan atomium. Itulah tiga hal yang terlintas di benak saya begitu mendengar kata Belgia. Tidak banyak memang yang saya ketahui tentang Belgia. Kenyataannya, ada begitu banyak hal unik dan menarik di Belgia yang mengundang para turis dari berbagai penjuru dunia untuk mengunjunginya. Saya membuktikannya sendiri ketika singgah sejenak di Brussel, ibu kota Belgia dalam perjalanan tur keliling Eropa. Dalam waktu yang cukup singkat (hanya sekitar enam jam), saya berhasil menemukan sisi-sisi menarik Brussel yang belum diketahui turis kebanyakan. Inilah cerita petualangan enam jam saya di Brussel. 

Petunjuk arah di Brussel menggunakan Bahasa Perancis dan Bahasa Belanda

Kota Dwi Bahasa
Ada satu hal unik yang saya lihat begitu menginjakkan di Stasiun Kereta Api Bruxelles-Midi, Brussel. Segala sesuatu di Brussel ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Perancis dan Bahasa Belanda. Nama kotanya ada dua : Bruxelles (Bahasa Perancis) atau Brussel (Bahasa Belanda). Nama stasiun kereta api tempat kedatangan saya juga dua : Bruxelles-Midi (Gare du Midi) atau Brussel-Zuid (Zuidstation). Semua penunjuk arah dan papan informasi juga ditulis dalam dua bahasa. Bahkan tak jarang ditulis dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Perancis, Bahasa Belanda, dan Bahasa Inggris. Saya baru sadar, ternyata mayoritas warga kota Brussel memang berasal dari etnis Wallons yang berbahasa Perancis dan etnis Flemish yang berbahasa Belanda. Letak Belgia yang berada di antara Belanda dan Perancis, membuatnya terpengaruh dua negara tersebut. Selain itu, Brussel juga menyandang status sebagai ibu kota Uni Eropa (European Union) sehingga suasana di kota ini begitu “internasional.” Benar-benar kota yang unik. 

Atomium 
Tempat pertama yang saya kunjungi di Brussel adalah Atomium. Bangunan ini terletak di pinggiran kota Brussel, tepatnya di daerah Heysel/Heizel. Untuk menuju tempat ini, dari Gare du Midi, kita bisa naik metro (kereta bawah tanah) jalur 6 jurusan Roi Baudouin/Koning Boudewijn dan turun di Stasiun Heysel/Heizel. Tanpa membuang waktu, saya pun langsung mencari metro tujuan Roi Baudouin. Tak sampai sepuluh menit menunggu, kereta jurusan Roi Baudouin datang. Saya pun langsung naik kereta yang saat itu penuh penumpang. 

Stasiun Heysel/Heizel, stasiun metro terdekat dengan Atomium

Beberapa menit berjalan, kereta mulai naik ke permukaan sehingga saya bisa melihat panorama Kota Brussel. Saya pun curiga, jangan-jangan saya salah naik kereta, nih. Kok, metro jalannya tidak di bawah tanah ya? Bahkan kereta ikut berhenti di lampu merah dan seringkali berhenti di stasiun/halte di pinggir jalan. Saya pun bertanya ke penumpang lain untuk memastikan bahwa kereta yang saya naiki benar menuju Heysel. Ternyata, kereta yang saya naiki memang menuju Heysel tetapi kereta ini jenis tram bukan metro. Jadi jalannya lebih lambat karena lebih sering berhenti. Oh, my God, ternyata saya salah naik kereta. Maunya naik metro agar lebih cepat sampai tujuan, ternyata saya naik tram. Jadi lebih lama sampai di Atomium. Tapi tak mengapa, hitung-hitung bisa merasakan naik tram di Brussels. 

 Atomium, salah satu landmark Brussel

Perasaan saya mulai lega begitu melihat bangunan Atomium di kejauhan. Begitu tram berhenti di sebuah halte tak jauh dari Atomium (tetapi bukan Stasiun Heysel), saya segera meloncat turun. Saya sudah tidak sabar untuk melihat Atomium dari dekat. Apalagi saat itu, cuaca cerah dengan langit biru bersih tanpa awan. Atomium jadi terlihat lebih menawan. Saya senang sekali akhirnya bisa melihat salah satu landmark kebanggaan Brussel dari dekat. Saya pun langsung memotret Atomium dari berbagai sudut. Untungnya, ada beberapa turis yang sedang memotret Atomium juga. Jadi saya bisa minta tolong ke mereka untuk memotret saya dengan latar belakang Atomium. 
 
 Bagian bawah Atomium

Atomium merupakan monumen setinggi 102 meter yang terdiri dari sembilan bola logam yang dihubungkan dengan 20 batang baja membentuk atom kristal besi (iron crystal). Monumen yang didesain oleh André Waterkeyn ini, dibangun pada tahun 1958 menjelang Brussels Expo 1958. Sembilan “bola” logam atomium, merupakan perwujudan sembilan atom kristal besi dengan perbesaran 150 milyar kali. Seluruh bola tadi mempunyai fungsi yang berbeda. Bola pertama untuk ruang informasi, loket penjualan tiket masuk, dan ruang pameran, bola kedua area teknis, bola ketiga bar, bola keempat ruang serba guna, bola kelima ruang pameran, bola keenam area bermain untuk anak-anak dan bola terakhir restoran dan view point, di mana kita bisa menyaksikan panorama Kota Brussel yang menawan dari ketinggian. Harga tiket masuk atomium untuk dewasa adalah € 11 (sekitar Rp 132.000,00), pelajar/mahasiswa dan manula € 8, sedangkan anak-anak (di bawah 12 tahun) € 6. 

Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule

Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule (Sint-Michiels en Sint-Goedele Kathedraal) 
Puas mengagumi kemegahan Atomium, saya segera kembali naik metro menuju pusat kota Brussel. Tujuan saya kali ini adalah Katedral St. Michael dan St. Gudula (nama Perancisnya Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule). Mudah sekali menemukan katedral ini, karena bentuk bangunannya yang menonjol dengan menara setinggi 64 meter dan letaknya yang strategis, di dekat Stasiun Sentral (Gare Centrale). Katedral bergaya Gotik (Gothic) ini merupakan Katedral Katolik paling penting di Belgia. Nama katedral ini diambil dari nama Santo Pelindung Kota Brussel, St. Michael dan St. Gudula. Katedral ini selesai dibangun pada tahun 1047. Namun, fasad depan katedral baru selesai dibangun pada pertengahan abad XV. Sampai saat ini, Katedral St. Michael dan St. Gudula masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik. Pengunjung tidak dikenakan biaya untuk memasuki katedral ini, tetapi harus mengenakan baju yang sopan. Memotret di dalam katedral juga diperbolehkan asal tidak memakai lampu kilat (flash)

 Parc de Bruxelles yang sedang diselimuti salju

Parc de Bruxelles (Warandepark) 
Dari Katedral St. Michael dan St. Gudula saya bergerak menuju Parc de Bruxelles (Brussels Park) yang letaknya tak begitu jauh dari katedral tersebut. Begitu tiba di taman, saya disambut hamparan salju dan pohon-pohon gundul tak berdaun. Tanah dan rerumputan tak kelihatan karena tertutup hamparan salju. Hanya tumbuhan semacam perdu yang masih menampakkan warna hijau daunnya. Kedatangan saya di Brussel memang bertepatan dengan musim dingin, di mana suhu udara hanya berkisar 5°C. Tak heran kalau salju ada di mana-mana tak terkecuali di taman terluas di Brussel ini. Sesaat saya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Saya benar-benar takjub dengan pemandangan yang tersaji di hadapan saya. Maklum, saya berasal dari daerah tropis, di mana matahari bersinar cerah hampir sepanjang tahun. Jadi salju merupakan barang langka bagi saya. Agar bisa menikmati keindahan salju Parc de Bruxelles tanpa merasa kedinginan, saya mencari tempat duduk yang terkena pancaran sinar matahari. Rasanya nikmat sekali duduk-duduk di bangku taman sambil menikmati sandwich yang saya beli di supermarket tadi pagi, ditemani hangatnya sinar matahari. Apalagi panorama di sekitar saya juga sangat indah, hamparan salju putih di antara pepohonan tak berdaun. 

Maison du Roi (King's House) yang berarsitektur Gotik di Grand Place

Grand Place (Grote Markt) 
Ada yang bilang, belum ke Brussel kalau belum mengunjungi Grand Place (Grote Markt). Makanya saya pun tak melewatkan kunjungan ke alun-alun yang menjadi landmark-nya Brussel ini. Saat saya datang, suasana di Grand Place ramai dipadati turis. Tak heran, Grand Place memang tujuan wisata utama di Brussel. Dikelilingi bangunan-bangunan tua dengan arsitektur nan menawan, membuat Grand Place tersohor ke mana-mana dan tak pernah sepi turis sepanjang tahun. Musim apapun kita datang, alun-alun ini selalu dipadati turis. Beberapa bangunan indah di Grand Place di antaranya adalah Hôtel de`Ville, Maison du Roi (King’s House), dan Guildhalls. Hôtel de`Ville terlihat paling menonjol berkat menaranya yang menjulang setinggi 96 meter dengan arsitektur bergaya Gotik. Bangunan yang masuk dalam daftar World Heritage Site UNESCO ini, sekarang difungsikan sebagai Balai Kota Brussel (Brussels Town Hall). Di seberang Hôtel de`Ville terdapat King’s House. Orang Belanda menyebutnya Broodhuis (Bread House) karena tempat ini dulunya digunakan oleh para pedagang roti untuk menjual roti dan kue-kue dagangannya. Sedangkan Guild House adalah semacam apartemen yang ruangan-ruangannya bisa disewakan atau dimiliki perorangan. Kini, Guild House banyak diguanakan untuk kafe dan restoran.  

Mannekin Pis, maskot Brussel yang mendunia

Manneken Pis
Satu lagi landmark Brussel yang harus kita kunjungi, yaitu patung bocah pipis yang bernama Manneken Pis. Mudah sekali menemukan patung ini, karena letaknya tak jauh dari Grand Place, tepatnya di sudut jalan Rue de l’Etuve dan Rue du Chêne. Jangan kaget ketika Anda melihat patung ini, yang ternyata berukuran sangat imut. Patung perunggu karya Jerome Duquesnoy pada tahun 1619 ini tingginya hanya sekitar 60 cm. Kostum Manneken Pis selalu berganti-ganti sesuai musim (event) yang sedang digelar di Brussel. Siapakah sebenarnya bocah pipis ini, kok bisa terkenal ke seantero bumi? Rupanya ada banyak cerita yang beredar mengenai patung imut tersebut dan entah mana yang benar. Ada yang bilang dialah penyelamat Kota Brussel dari bom yang dipasang musuh. Dengan air kencingnya, bom tersebut langsung melempem dan tidak jadi meledak. Cerita lain mengatakan kalau bocah itu adalah anak yang dibawa Raja Belgia untuk menghina Raja Perancis dengan cara pipis sembarangan di depannya. Konon, cara ini merupakan bentuk penolakan Belgia untuk berunding dengan Perancis. Entahlah, cerita mana yang benar. Yang pasti, patung imut ini sudah lama menjadi maskot Brussel dan sukses menarik kunjungan wisatawan ke Brussel sepanjang masa. 

Wafel Belgia dengan beragam toping yang menggiurkan

Wafel Belgia
Melihat banyak kedai penjual wafel yang bertebaran di sekitar Grand Place, saya tertarik untuk mencobanya. Rasanya tidak afdol, berkunjung ke Brussel tanpa mencicipi makanan khasnya. Apalagi banyak yg bilang bahwa Wafel Belgia merupakan wafel terlezat di dunia. Untuk membuktikan kelezatan Wafel Belgia, saya mengantri di sebuah kedai wafel bersama para turis lainnya. Dan ternyata, ucapan tersebut memang tak berlebihan. Wafel Belgia memang lezat tak terkira. Rasanya renyah dengan tekstur yang empuk dan lembut. Harganya pun terjangkau, hanya € 1,50 (sekitar Rp 18.000,0) bila kita memilih Wafel Brussel rasa original (menggunakan topping gula putih bubuk). Bila Anda ingin menambah topping lainnya seperti coklat, pisang, strawberry, atau es krim, Anda tinggal menambah beberapa Euro. Semakin banyak topping-nya, semakin mahal harganya. Sebenarnya wafel bukanlah makanan khas Belgia. Kue berbentuk pola garis kotak-kotak ini bisa ditemui di sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, bahkan Amerika Serikat. Hanya saja tiap-tiap negara mempunyai ciri khas masing-masing. Wafel Belgia terkenal paling lezat dibanding yang lain. Jadi, wajib hukumnya mencicipi Wafel Belgia bila berkunjung ke Brussel. (edyra)*** 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

FAKTA UNIK DAN MENARIK TENTANG BRUNEI DARUSSALAM

Peta Wilayah Negara Brunei Darussalam (Sumber : Wikipedia)

1.       Brunei Darussalam adalah salah satu negara terkecil di dunia dengan luas wilayah hanya mencapai 5.765 km².
2.   Wilayah Brunei dibagi menjadi empat distrik (daerah), yaitu : Belait, Tutong, Brunei dan Muara serta Temburong. Keempat distrik tersebut dibagi lagi menjadi 38 mukim (desa/kelurahan). Uniknya Distrik Temburong letaknya terpisah dengan tiga distrik lainnya dan dipisahkan oleh wilayah Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Jadi, bila Anda ingin berkunjung ke Distrik Tutong dari Bandar Seri Begawan (Distrik Brunei dan Muara) via darat, Anda harus membawa paspor, karena Anda akan keluar dari wilayah Negara Brunei Darussalam kemudian masuk ke wilayah Negara Malaysia (Negara Bagian Sarawak) dan kemudian masuk ke wilayah negara Brunei Darussalam lagi. Bila Anda berkunjung ke Distrik Tutong via laut, Anda tidak perlu membawa paspor karena tidak melewati perbatasan negara Brunei Darussalam dan Malaysia, jadi tidak ada pemeriksaan paspor.
3.    Brunei Darussalam yang beribukota di Bandar Seri Begawan memiliki moto “Sentiasa membuat kebajikan dengan petunjuk Allah” dan lagu kebangsaan Allah Peliharakan Sultan.” 
4.       Nama Brunei Darussalam mempunyai arti Negeri Kedamaian (Abode of Peace).
5.       Hari kemerdekaan Brunei Darussalam adalah 1 Januari 1984.
6.   Brunei Darussalam merupakan negara yang berbentuk kerajaan monarki Islam dengan raja sekaligus perdana menterinya Sultan Haji Hassanal Bolkiah, yang mulai menjabat sebagai perdana menteri sejak tanggal 1 Januari 1984 sampai sekarang.
7.    Sultan Haji Hassanal Bolkiah dinobatkan sebagai Sultan Brunei yang ke-29 pada tanggal 4 Oktober 1967 dengan gelar sangat panjang, yaitu Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'Izzaddin Waddaulah Ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien, Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam.
8.     Tempat kediaman resmi Sultan Haji Hassanal Bolkiah adalah di Istana Nurul Iman yang merupakan istana terbesar kedua di dunia setelah Forbidden City Beijing, Cina, dengan 3.400 kamar, 290 kamar mandi, dan luas lantai 200.000 m².
9.  Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan sosok pemimpin/raja yang sangat dicintai dan dihormati rakyatnya. Nama beliau diabadikan menjadi nama berbagai tempat di Brunei Darussalam, antara lain : nama jalan, masjid, stadion, dan yayasan. Foto Sultan Haji Hassanal Bolkiah juga terdapat di seluruh pecahan uang kertas Brunei Darussalam.
10.   Jumlah penduduk Brunei Darussalam sampai dengan Juli 2011 hanya mencapai 401,890 jiwa.
11.  Mata uang Brunei Darussalam adalah Dolar Brunei (BRUNEI DARUSSALAM) dengan lambing $, tetapi Warga Brunei menyebutnya Ringgit. Di lembar uang kertas Brunei pun tercantum dua nama, di bagian depan tertulis nilai mata uang dalam ringgit sedangkan di bagian belakang tertulis nilai mata uang dalam dolar, misalnya Satu Ringgit atau One Dollar.
12.  Nilai Dolar Brunei (BND) disamakan dengan Dolar Singapura (SGD). Saat ini (1 November 2012), 1 BND setara dengan Rp 7.900,00. Jadi, Dolar Singapura bisa digunakan untuk belanja di Brunei Darussalam, tanpa harus menukar ke Dolar Brunei. Bila Anda berbelanja dengan uang yang tidak pas, Anda mungkin akan menerima uang kembalian dalam bentuk Dolar Brunei ataupun Dolar Singapura.
13. Meskipun kecil ukurannya, Brunei Darussalam termasuk salah satu negara terkaya di dunia berkat cadangan minyak dan gas bumi yang melimpah. Pendapatan per kapita Brunei Darussalam mencapai $ 36,583 (data Wikipedia).
14.  Bus kota di Bandar Seri Begawan adalah kendaraan semacam van berwarna ungu, dengan biaya yang cukup murah, jauh dekat hanya BND 1. Bus ini beroperasi dari pukul 06.30 sampai dengan pukul 18.00.
15. Semua nama tempat, gedung, jalan, dan petunjuk arah di Brunei Darussalam ditulis dalam dua huruf, Latin dan Jawi (Arab gundul), bahkan untuk nama yang berasal dari bahasa asing (Inggris) sekalipun, misalnya KFC, Pizza Hut, Robert, Elizabeth, dan lain-lain.*





  


 
 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments