ENAM JAM DI BRUSSELS



Coklat, wafel, dan atomium. Itulah tiga hal yang terlintas di benak saya begitu mendengar kata Belgia. Tidak banyak memang yang saya ketahui tentang Belgia. Kenyataannya, ada begitu banyak hal unik dan menarik di Belgia yang mengundang para turis dari berbagai penjuru dunia untuk mengunjunginya. Saya membuktikannya sendiri ketika singgah sejenak di Brussel, ibu kota Belgia dalam perjalanan tur keliling Eropa. Dalam waktu yang cukup singkat (hanya sekitar enam jam), saya berhasil menemukan sisi-sisi menarik Brussel yang belum diketahui turis kebanyakan. Inilah cerita petualangan enam jam saya di Brussel. 

Petunjuk arah di Brussel menggunakan Bahasa Perancis dan Bahasa Belanda

Kota Dwi Bahasa
Ada satu hal unik yang saya lihat begitu menginjakkan di Stasiun Kereta Api Bruxelles-Midi, Brussel. Segala sesuatu di Brussel ditulis dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Perancis dan Bahasa Belanda. Nama kotanya ada dua : Bruxelles (Bahasa Perancis) atau Brussel (Bahasa Belanda). Nama stasiun kereta api tempat kedatangan saya juga dua : Bruxelles-Midi (Gare du Midi) atau Brussel-Zuid (Zuidstation). Semua penunjuk arah dan papan informasi juga ditulis dalam dua bahasa. Bahkan tak jarang ditulis dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Perancis, Bahasa Belanda, dan Bahasa Inggris. Saya baru sadar, ternyata mayoritas warga kota Brussel memang berasal dari etnis Wallons yang berbahasa Perancis dan etnis Flemish yang berbahasa Belanda. Letak Belgia yang berada di antara Belanda dan Perancis, membuatnya terpengaruh dua negara tersebut. Selain itu, Brussel juga menyandang status sebagai ibu kota Uni Eropa (European Union) sehingga suasana di kota ini begitu “internasional.” Benar-benar kota yang unik. 

Atomium 
Tempat pertama yang saya kunjungi di Brussel adalah Atomium. Bangunan ini terletak di pinggiran kota Brussel, tepatnya di daerah Heysel/Heizel. Untuk menuju tempat ini, dari Gare du Midi, kita bisa naik metro (kereta bawah tanah) jalur 6 jurusan Roi Baudouin/Koning Boudewijn dan turun di Stasiun Heysel/Heizel. Tanpa membuang waktu, saya pun langsung mencari metro tujuan Roi Baudouin. Tak sampai sepuluh menit menunggu, kereta jurusan Roi Baudouin datang. Saya pun langsung naik kereta yang saat itu penuh penumpang. 

Stasiun Heysel/Heizel, stasiun metro terdekat dengan Atomium

Beberapa menit berjalan, kereta mulai naik ke permukaan sehingga saya bisa melihat panorama Kota Brussel. Saya pun curiga, jangan-jangan saya salah naik kereta, nih. Kok, metro jalannya tidak di bawah tanah ya? Bahkan kereta ikut berhenti di lampu merah dan seringkali berhenti di stasiun/halte di pinggir jalan. Saya pun bertanya ke penumpang lain untuk memastikan bahwa kereta yang saya naiki benar menuju Heysel. Ternyata, kereta yang saya naiki memang menuju Heysel tetapi kereta ini jenis tram bukan metro. Jadi jalannya lebih lambat karena lebih sering berhenti. Oh, my God, ternyata saya salah naik kereta. Maunya naik metro agar lebih cepat sampai tujuan, ternyata saya naik tram. Jadi lebih lama sampai di Atomium. Tapi tak mengapa, hitung-hitung bisa merasakan naik tram di Brussels. 

 Atomium, salah satu landmark Brussel

Perasaan saya mulai lega begitu melihat bangunan Atomium di kejauhan. Begitu tram berhenti di sebuah halte tak jauh dari Atomium (tetapi bukan Stasiun Heysel), saya segera meloncat turun. Saya sudah tidak sabar untuk melihat Atomium dari dekat. Apalagi saat itu, cuaca cerah dengan langit biru bersih tanpa awan. Atomium jadi terlihat lebih menawan. Saya senang sekali akhirnya bisa melihat salah satu landmark kebanggaan Brussel dari dekat. Saya pun langsung memotret Atomium dari berbagai sudut. Untungnya, ada beberapa turis yang sedang memotret Atomium juga. Jadi saya bisa minta tolong ke mereka untuk memotret saya dengan latar belakang Atomium. 
 
 Bagian bawah Atomium

Atomium merupakan monumen setinggi 102 meter yang terdiri dari sembilan bola logam yang dihubungkan dengan 20 batang baja membentuk atom kristal besi (iron crystal). Monumen yang didesain oleh André Waterkeyn ini, dibangun pada tahun 1958 menjelang Brussels Expo 1958. Sembilan “bola” logam atomium, merupakan perwujudan sembilan atom kristal besi dengan perbesaran 150 milyar kali. Seluruh bola tadi mempunyai fungsi yang berbeda. Bola pertama untuk ruang informasi, loket penjualan tiket masuk, dan ruang pameran, bola kedua area teknis, bola ketiga bar, bola keempat ruang serba guna, bola kelima ruang pameran, bola keenam area bermain untuk anak-anak dan bola terakhir restoran dan view point, di mana kita bisa menyaksikan panorama Kota Brussel yang menawan dari ketinggian. Harga tiket masuk atomium untuk dewasa adalah € 11 (sekitar Rp 132.000,00), pelajar/mahasiswa dan manula € 8, sedangkan anak-anak (di bawah 12 tahun) € 6. 

Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule

Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule (Sint-Michiels en Sint-Goedele Kathedraal) 
Puas mengagumi kemegahan Atomium, saya segera kembali naik metro menuju pusat kota Brussel. Tujuan saya kali ini adalah Katedral St. Michael dan St. Gudula (nama Perancisnya Cathédrale Saints-Michel-et-Gudule). Mudah sekali menemukan katedral ini, karena bentuk bangunannya yang menonjol dengan menara setinggi 64 meter dan letaknya yang strategis, di dekat Stasiun Sentral (Gare Centrale). Katedral bergaya Gotik (Gothic) ini merupakan Katedral Katolik paling penting di Belgia. Nama katedral ini diambil dari nama Santo Pelindung Kota Brussel, St. Michael dan St. Gudula. Katedral ini selesai dibangun pada tahun 1047. Namun, fasad depan katedral baru selesai dibangun pada pertengahan abad XV. Sampai saat ini, Katedral St. Michael dan St. Gudula masih digunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik. Pengunjung tidak dikenakan biaya untuk memasuki katedral ini, tetapi harus mengenakan baju yang sopan. Memotret di dalam katedral juga diperbolehkan asal tidak memakai lampu kilat (flash)

 Parc de Bruxelles yang sedang diselimuti salju

Parc de Bruxelles (Warandepark) 
Dari Katedral St. Michael dan St. Gudula saya bergerak menuju Parc de Bruxelles (Brussels Park) yang letaknya tak begitu jauh dari katedral tersebut. Begitu tiba di taman, saya disambut hamparan salju dan pohon-pohon gundul tak berdaun. Tanah dan rerumputan tak kelihatan karena tertutup hamparan salju. Hanya tumbuhan semacam perdu yang masih menampakkan warna hijau daunnya. Kedatangan saya di Brussel memang bertepatan dengan musim dingin, di mana suhu udara hanya berkisar 5°C. Tak heran kalau salju ada di mana-mana tak terkecuali di taman terluas di Brussel ini. Sesaat saya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Saya benar-benar takjub dengan pemandangan yang tersaji di hadapan saya. Maklum, saya berasal dari daerah tropis, di mana matahari bersinar cerah hampir sepanjang tahun. Jadi salju merupakan barang langka bagi saya. Agar bisa menikmati keindahan salju Parc de Bruxelles tanpa merasa kedinginan, saya mencari tempat duduk yang terkena pancaran sinar matahari. Rasanya nikmat sekali duduk-duduk di bangku taman sambil menikmati sandwich yang saya beli di supermarket tadi pagi, ditemani hangatnya sinar matahari. Apalagi panorama di sekitar saya juga sangat indah, hamparan salju putih di antara pepohonan tak berdaun. 

Maison du Roi (King's House) yang berarsitektur Gotik di Grand Place

Grand Place (Grote Markt) 
Ada yang bilang, belum ke Brussel kalau belum mengunjungi Grand Place (Grote Markt). Makanya saya pun tak melewatkan kunjungan ke alun-alun yang menjadi landmark-nya Brussel ini. Saat saya datang, suasana di Grand Place ramai dipadati turis. Tak heran, Grand Place memang tujuan wisata utama di Brussel. Dikelilingi bangunan-bangunan tua dengan arsitektur nan menawan, membuat Grand Place tersohor ke mana-mana dan tak pernah sepi turis sepanjang tahun. Musim apapun kita datang, alun-alun ini selalu dipadati turis. Beberapa bangunan indah di Grand Place di antaranya adalah Hôtel de`Ville, Maison du Roi (King’s House), dan Guildhalls. Hôtel de`Ville terlihat paling menonjol berkat menaranya yang menjulang setinggi 96 meter dengan arsitektur bergaya Gotik. Bangunan yang masuk dalam daftar World Heritage Site UNESCO ini, sekarang difungsikan sebagai Balai Kota Brussel (Brussels Town Hall). Di seberang Hôtel de`Ville terdapat King’s House. Orang Belanda menyebutnya Broodhuis (Bread House) karena tempat ini dulunya digunakan oleh para pedagang roti untuk menjual roti dan kue-kue dagangannya. Sedangkan Guild House adalah semacam apartemen yang ruangan-ruangannya bisa disewakan atau dimiliki perorangan. Kini, Guild House banyak diguanakan untuk kafe dan restoran.  

Mannekin Pis, maskot Brussel yang mendunia

Manneken Pis
Satu lagi landmark Brussel yang harus kita kunjungi, yaitu patung bocah pipis yang bernama Manneken Pis. Mudah sekali menemukan patung ini, karena letaknya tak jauh dari Grand Place, tepatnya di sudut jalan Rue de l’Etuve dan Rue du Chêne. Jangan kaget ketika Anda melihat patung ini, yang ternyata berukuran sangat imut. Patung perunggu karya Jerome Duquesnoy pada tahun 1619 ini tingginya hanya sekitar 60 cm. Kostum Manneken Pis selalu berganti-ganti sesuai musim (event) yang sedang digelar di Brussel. Siapakah sebenarnya bocah pipis ini, kok bisa terkenal ke seantero bumi? Rupanya ada banyak cerita yang beredar mengenai patung imut tersebut dan entah mana yang benar. Ada yang bilang dialah penyelamat Kota Brussel dari bom yang dipasang musuh. Dengan air kencingnya, bom tersebut langsung melempem dan tidak jadi meledak. Cerita lain mengatakan kalau bocah itu adalah anak yang dibawa Raja Belgia untuk menghina Raja Perancis dengan cara pipis sembarangan di depannya. Konon, cara ini merupakan bentuk penolakan Belgia untuk berunding dengan Perancis. Entahlah, cerita mana yang benar. Yang pasti, patung imut ini sudah lama menjadi maskot Brussel dan sukses menarik kunjungan wisatawan ke Brussel sepanjang masa. 

Wafel Belgia dengan beragam toping yang menggiurkan

Wafel Belgia
Melihat banyak kedai penjual wafel yang bertebaran di sekitar Grand Place, saya tertarik untuk mencobanya. Rasanya tidak afdol, berkunjung ke Brussel tanpa mencicipi makanan khasnya. Apalagi banyak yg bilang bahwa Wafel Belgia merupakan wafel terlezat di dunia. Untuk membuktikan kelezatan Wafel Belgia, saya mengantri di sebuah kedai wafel bersama para turis lainnya. Dan ternyata, ucapan tersebut memang tak berlebihan. Wafel Belgia memang lezat tak terkira. Rasanya renyah dengan tekstur yang empuk dan lembut. Harganya pun terjangkau, hanya € 1,50 (sekitar Rp 18.000,0) bila kita memilih Wafel Brussel rasa original (menggunakan topping gula putih bubuk). Bila Anda ingin menambah topping lainnya seperti coklat, pisang, strawberry, atau es krim, Anda tinggal menambah beberapa Euro. Semakin banyak topping-nya, semakin mahal harganya. Sebenarnya wafel bukanlah makanan khas Belgia. Kue berbentuk pola garis kotak-kotak ini bisa ditemui di sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, bahkan Amerika Serikat. Hanya saja tiap-tiap negara mempunyai ciri khas masing-masing. Wafel Belgia terkenal paling lezat dibanding yang lain. Jadi, wajib hukumnya mencicipi Wafel Belgia bila berkunjung ke Brussel. (edyra)*** 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

2 Response to "ENAM JAM DI BRUSSELS"

  1. Unknown says:
    8 April 2016 at 14:49

    bisa nitip koper dimana yak. saya juga berencana mau day trip 11jam disana, naik megabus dari amsterdam, turun di gare du nord.

  2. Edyra Guapo says:
    8 April 2016 at 15:54

    Kayanya di Gare du Nord or Gare du Midi ada tempat penitipan kopor. Aku lupa lokasi pastinya. Coba googling aja!

Post a Comment